Saturday, August 24, 2019

KELAS XII SEMESTER 1


KELAS XII
SEMESTER I


BAB I
WEDA SEBAGAI SUMBER HUKUM HINDU

“Itihasa puranabhyam wedam samupawrmhayet,
bibhetyalpasrutadwedo
mamayam pracarisyati”
 (Sarasamuscaya, 39).
Terjemahannya:
“Hendaklah Veda itu dihayati dengan sempurna melalui mempelajari Itihasa
dan Purana karena pengetahuan yang sedikit itu menakutkan (dinyatakan)
janganlah mendekati saya”.




A.    KOMPETENSI INTI :
KI 1.  Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2. Menunjukkan prilaku jujur, disiplin, bertanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleransi, damai), santun, responsif, dan proaktif sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

B.     KOMPETENSI DASAR
1)      Menghayati dan mengamalkan Weda sebagai sumber Hukum Hindu yang tertuang dalam Weda Sruti dan Smrti.
2)      Menghayati dan mengamalkan prilaku disiplin ajaran Weda sebagai sumber Hukum Hindu
3)      Memahami klasifikasi Weda sebagai sumber Hukum Hindu
4)      Menyajikan klasifikasi Weda sebagai sumber hukum Hindu

     C.  : INDIKATOR
·      Mampu menjelaskan pengertian hukum menurut agama Hindu
·      Mampu menjelaskan unsur penting dalam hukum
·      Mampu menjelaskan perbedaan hukum adat murni dengan hukum adat yang bersumber dari hukum Hindu
·      Mampu menjelaskan sumberhukum Hindu dalam Dharmasastra
·       Mampu menjelaskan sumber hukum Hindu dalam manawa dharmasastra
·      Mampu menyebutkan sumber hukum hindu dari berbagai tinjauan sejarah, sosiologis filsafat dan formil
·    Mampu menjelaskan ketentuan pelaksanaan Dharma Negara dan Dharma Agama
·    Mampu menjelaskan kedudukan PHDI sebagai lembaga umat yang mengeluarkan ketetapan dalam pengaturan kehidupan keumatan
·    Mampu menjelaskan penerapan ajaran etika sebagai pola mentaati hukum negara dan hukum agama

D.  MATERI
  1. PENGERTIAN HUKUM HINDU
Hukum merupakan seperangkat aturan. Hukum bersifat mengikat dan memaksa Fungsi hukum adalah sebagai pengendali sosial agar tercapai ketertiban, membatasi kepentingan setiap pendukung hukum (subyek hukum). Hukum diterapkan dalam masyarakat bertujuan untuk menciptakan kenyamanan dan keadilan dalam masyarakat. Hukum dibedakan menjadi
Ø  Statuta law, hukum yang dibentuk dengan sengaja oleh penguasa
Ø  Natural law, hukum alam yang ada secara alamiah.
Ø  Unsur-unsur yang terpenting dalam peraturan-peraturan Hukum memuat dua hal yaitu:
a.    Unsur bersifat mengatur/normatif
b.    Unsur bersifat memaksa/represif
Bagi warga negara Indonesia yang juga warga beragama, maka harus tunduk pada dua kekuasaanhukum.Hukum yang bersumber dari perundang-undangan seperti UUD,UUP,UUHukum yang bersumber pada kitab suci
Pengetahuan tentang hukum Hindu sangat diperlukan bagi umat Hindu dalam rangka melaksanakan Dharma Agama sebagai wujud bhakti kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagai sumber segala yang ada.Adapun latar belakang Hukum Hindu penting dipelajari karena Hukum Hindu merupakan bagian dari hukum positif  yang berlaku bagi masyarakat Hindu Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dan tujuannya juga untuk memahami bahwa berlakunya Hukum Hin du di Indonesia dibatasi oleh falsafah Negara Pancasila dan ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang Dasar 1945,untuk dapat mengetahui persamaa-persamaan dan perbedaan hukum adat bali dengan Hukum Agama Hindu atau Hukum Hindu,untuk membedakan adat murni dengan adat yang bersumber kepada ajaran-ajaran Agama Hindu.

  1. HUKUM DALAM AGAMA HINDU
Rta (hukum abadi) merupakan istilah dalam agama Hindu untuk menunjuk pada bentuk keteraturan semesta.  Adanya siang-malam, keteraturan musim, serta adanya prinsip hukum alami dalam berbagai bentuk kehidupan, Ida Sanghyang Widhi merupakan penegak hukum semesta oleh karenanya disebut Rtawan. Rta yang dipakai sebagai konsep hukum yang diterapkan dalam pengaturan masyarakat yang kemudian dikenal dengan istilah ‘ajaran dharma’.Adapun hukum agama yang disebut  Dharma sifatnya relative karena selalu dikaitkan dengan pengamalan manusia dalam mengatur tingkah laku manusia untuk mencapai kebahagiaan dalam hidupnya.
Dalam ilmu social konsepsi istilah hukum berkembang dalam bentuk dua istilah yaitu hukum Alam dan hukum Bangsa.Hukum Alam itu adalah “Rta” Hukum Bangsa adalah “Dharma”yang bentuknya berbeda-beda menurut desa,kala dan patra
Dharma memiliki arti norma/aturan,hukum,keharusan.‘dharma dharyate prajah’, dharma penyangga masyarakat. Ajaran dharma merupakan perangkat norma yang mengatur serta menuntun untuk terwujudnya kesejahteraan, keteraturan dan ketertiban.Penerapan Dharma didasarkan enam asas yaitu
  1. Samaya
  2. Desa
  3. Acara
  4. Kula
  5. Warna
  6. Samanya
Dalam Weda Smrti terdapat beberapa kitab yang memuat tentang penjabaran dari Rta dalam kehidupan bermasyarakat
Dharmasastra (merupakan kompedium hukum Hindu) Arthasastra, dll merupakan bentuknya yang nyata dalam pengaturan kehidupan bernegara dan bermasyarakat.Hukum Agama Hindu merupakan sumber moral, guna mencapai tujuan tertinggi dalam kehidupan beragama yang bersumber dari kitab suci Weda
Hukum adat merupakan aturan-aturan yang disusun dan disepakati bersama serta dilembagakan dalam upaya untuk mengatur kehidupan bermasyarakat, kebanyakan hukum adat merupakan reinterpretasi dari hukum yang bersumber dari hukum Hindu yang disesuaikan dengan tempat, waktu dan keadaan. Hukum adat menyangkut kebiasaan baik tertulis maupun tidak yang diapakai acuan dalam menata kehidupan sosial .Hukum adat murni adalah aturan yang tidak merupakan reinterpretasi atas hukum yang bersumber dari Weda

  1. SUMBER HUKUM HINDU
Sumber hukum Hindu ada yang tertulis dan tidak tertulis, mengenai sumber hukum Hindu dapat kita tinjau dari beberapa bentuk yaitu
  1. Tinjauan sejarah
Sumber hukum Hindu dalam arti sejarah (historis) ditujukan pada penelitian data-data mengenai berlakunya kaidah-kaidah hukum berdasarkan dokumen tertulis yang ada.Menurut bukti sejarah,dokumen tertua yang memuat pokok-pokok hukum Hindu yang pertama kita jumpai dalam kitab Sruti dibagian Reg Weda yang diperkirakan muncul tahun 2000 SM.
Penulisan Weda adalah sebagai fase baru dalam sejarah Hukum Hindu yang diperkirakan ditulis pada abad ke-X SM .Hukum Hindu diperkirakan antara tahun 2000 SM – 1000 SM masih bersifat tradisional tetapi pada fase perkembangan berikutnya dalam sejarah pertumbuhan Hukum Hindu muncul kitab Dharmasastra yang merupakan kitab undang-undang murni.
Mengenai bentuk penulisan Hukum Hindu dapat dibagi menjadi dua diantaranya adalah :
a.       Bentuk Sutra yaitu bentuk penulisan yang amat singkat semacam aphorisme
b.      Bentuk Sastra yaitu uraian-uraian panjang atau yang lebih terurai
Bentuk Sutra ini diperkirakan ditulis kurang lebih tahun 1000 SM dan dianggap paling tua sedangkan Sastra diperkirakan ditulis pada abad VI SM
Jadi dengan adanya peninjauan sumber hukum Hindu dalam arti sejarah dapat dikatakan bahwa Sruti maupun Smerti merupakan sumber Hukum Hindu tetapi sumber dokumen tertulisnya yang baru ditetapkan pada Smerti.Dengan berlakunya hukum baru berdasarkan Smerti tidak berarti bahwa kaidah-kaidah yang ada dalam Smerti dihapus,Smerti merupakan pedoman yang isinya tidak bertentangan dengan Sruti
  1. Tinjauan Sosiologis
Dalam pengamatan sosiologis berkembangnya masyarakat tidak berdasarkan pada faktor waktu saja tetapi dalam bentuk tata kemasyarakatan pada waktu itu .Sumber hukum tidak hanya Sruti dan Smerti tetapi juga Sila, Acara dan Atmanastuti, secara sosiologis dharma bukan hanya masalah hukum tetapi juga masalah kebiasaan dan moral.Penerapan dharma didasarkan atas asas Samaya (waktu), Desa (tempat), Acara (kebiasaan), Kula (keluarga), warna (golongan) dan Samanya (sifat umum). Berdasarkan faktor itulah penerapan hukum Hindu selalu mempertimbangkan kenyataan-kenyataan yang ditemukan pada sewaktu-waktu, tempat dan keadaan Sebagai contoh himsa karma/membunuh adalah perbuatan yang dilarang dan harus dilakukan ketika situasi perang
  1. Tinjauan filsafat
Manusia diarahkan untuk cerdas secara intelek dan mengarahkan pada pemahaman inti dari tujuan keagamaan yang harus dilaksanakan dengan metoda berlandaskan dharma, diusahakan melalaui pengetahuan (jnana), keyakinan (sradha), pengendalian diri dan penyucian
     4. Tinjaun Formil
Sumber hukum dalam arti formil merupakan sumber hukum berdasarkan bentuk yang dapat menimbulkan hukum positif yang dibuat oleh lembaga yang berwenang, sumber hukum yang dalam arti formil yaitu Undang-undang

  1. ASAS HUKUM HINDU
AsasHukum Hindu adalah Sruti, Smerti, Sila, Acara dan Atmanastuti. Sruti merupakan sumber/asal dari segala aturan, Smerti adalah penafsiran otentik atas sruti,Sila merupakan tingkah laku orang beradab. sedangkan Acara adalah adat istiadat yang hidup dalam masyarakat/hukum positif, Atmanastuti rasa puas diri dan Weda mengadakan majelis untuk mewujudkan rasa puas diri yang terdiri dari para ahli
Kitab hukum Hindu yang murni sebagai sumber hukum Hindu lebihdikenaldengansebutanDharmasatra.Dalamilmusejarah,perkembangandan dalam pemberlakuanya dapatdibagimenjadi beberapa jamanyaitu :
  1. Manawa Dharmasastra karya Rsi Manu untuk jaman kerta yuga
  2. Gautama Dharmasastra karya Rsi Gautama untuk jaman Treta yuga
  3. Samkhalikhita Dharmasatra karya Rsi  Samkhalikhita untuk jaman dwapara yuga 
  4. Parasara Dharmasastra karya Rsi Parasara untuk jaman Kaliyuga.
Kitab Usana, Kutaramanawa, Sarasamuscaya, agama, adigama, purwadigama dan berbagai jenis kitab sasana dan Rajasasana merupakan bentuk adaptasi dari kitab hukum dharmasastra
Weda adalah Apuruseyam artinya bahwa Weda adalah wahyu bukan buatan manusia, sebagai sumber seluruh kebijakan hukum. Dalam hal ini yang perlu digaris bawahi baik Sruti maupun Smerti mempunyai kekuasaan hukum yang sama seperti disebutkan dalam Manawa Dharmasastra II.10 sebagai berikut :
“ srutis tuvedo vijneo dharmasastram tu vai smrtih, te sarvarthesvamimamyse tabhyam dharmo hi nirbhabhau
Artinya
          Yang dimaksud dengan Sruti adalah Weda  dan Smerti adalah Dharmasastra keduanya tidak boleh diragukan kebenarannya mengenai apapun juga karena keduanya adalah sumber hukum.
Ø  Manawa Dharmasastra (compedium hukum Hindu)
Dharmasatra dinyatakan sebagai kitab undang-undang dimana memuat banyak aturan dan sanksi, dalam Dharmasastra terdapat serangkaian materi hukum yang dijadikan pedoman bagi masyarakat Hindu dalam rangka mencapai tujuan hidup (purusartha). Manawadharmasastra tersusun secara sistematik dan teratur dari bab ke bab yang secara garis besar terbagi menjadi duabelas bab/adyaya. Beberapa kitab sastra yang memuat hukum Hindu,banyak terdapat pokok pikiran mengenai title hukum dalam bidang bahasa hukum Hindu.Adapun bagiannya adalah Wyawahara, membahas pokok-pokok hukum pidana dan perdata. Riandana (ketentuan dalam membayar hutang), Niksepa (deposito dan perjanjian), Aswamiwikraya (penjualan barang tak bertuan), Sambhuya-samuthana (perikatan), Dattasyanapakarma (ketentuan tentang ibah dan pemberian), Wetanadana ( hukum tidak membayar upah), Samwidwyatikarma (hukum tidak melakukan tugas yang sudah dijanjikan), Krayawikrayanusaya (pelaksanaan jual-beli), Swamipalawiwada (perselisihan buruh-majikan), Simawiwada (perselisihan perbatasan), Waparusya (penghinaan), Dandaparusya (penyerangan dan kekerasan), Steya (tentang pencurian), Sahasa (kekerasan), Stripudharma (kewajiban seorang istri), Wibhaga (pembagian waris),Dyutasamahwya (hukum perjudian dan pertaruhan).

  1. POKOK-POKOK KRONOLOGI HUKUM HINDU
Bila terjadi perselisihan hukum pada bidang pidana atau perdata dalam Dharmasastra penanganannya ada pada raja sebagai yudikatif, yang dalam Lembaga Parisadha adalah majelis tertinggi agama Hindu di Indonesia, keputusan-keputusan Parisadha sebagai lembaga keumatan adalah mengenai tatwa, sesana dan upakara yajnya. Parisadha menentukan peraturan-peraturan mana yang harus dipakai bila terdapat perbedaan tafsiran pelaksanaanya bisa mengangkat Brahmana sebagai hakim dalam peradilan. Dalam Manawadharmasatra terdapat lembaga Parisadha. Suatu lembaga majelis wipra/brahmana yang pada jaman kerajaan kedudukanya sama dengan legeslatif membantu raja dalam menemukan kebenaran dari kaidah-kaidah dari suatu peraturan yang bertentangan satu sama lainnya
Ø  Dharma Negara dan Dharma Agama
Dharma Negara adalah pelaksanaan memenuhi kewajiban sebagai warga negara berupa ketaatan terhadap aturan-aturan yang diterapkan oleh negara terhadap warganya. Dharma Agama adalah pelaksanaan kewajiban dalam kaitanya kehidupan beragama ketaatan dalam melaksanakan ajaran agama mewujudkan prilaku yang berlandaskan pada kesadaran moral
RANGKUMAN
Hukum merupakan seperangkat aturan. Hukum bersifat mengikat dan memaksa. Fungsi hukum adalah sebagai pengendali sosial agar tercapai ketertiban
Hukum dibedakan menjadi
  1. Statuta law, hukum yang dibentuk dengan sengaja dan 2. Natural law, hukum alam yang ada secara alamiah.Unsurterpentingdalamperaturan hukumada
a. Unsur bersifat mengatur/normatif  dan b. Unsur bersifat memaksa/represif
Rta (hukum abadi) merupakan istilah dalam agama Hindu untuk menunjuk pada bentuk keteraturan semesta.  Adanya siang-malam, keteraturan musim, serta adanya prinsip hukum alami dalam berbagai bentuk kehidupan, Ida Sanghyang Widhi merupakan penegak hukum semesta oleh karenanya disebut Rtawan.Rta yang dipakai sebagai konsep hukum yang diterapkan dalam pengaturan masyarakat yang kemudian dikenal dengan istilah ‘ajaran dharma’
Penerapan Dharma didasarkan enam asas yaitu : 1 Samaya, 2 Desa 3 Acara, 4 Kula, 5 Warna, 6 Samanya
Sumber hukum Hindu dapat kita tinjau dari beberapa bentuk yaitu
  1. Tinjauan sejarah
  2. Tinjauan Sosiologis
  3. Tinjauan filsafat
  4. Tinjauna Formil
Kitab hukum Hindu yang murni sebagai sumber hukum Hindu Dharmasatra yang dalam pemberlakuanya menurut beberapa jaman,
  1. Manawa Dharmasastra karya Rsi Manu untuk jaman kerta yuga
  2. Gautama Dharmasastra karya Rsi Gautama untuk jaman Treta yuga
  3. Samkhalikhita Dharmasatra karya Rsi  Samkhalikhita untuk jaman dwapara yuga 
  4. Parasara Dharmasastra karya Rsi Parasara untuk jaman Kaliyuga
BAB II
SEJARAH PERKEMBANGAN
KEBUDAYAAN HINDU DI DUNIA


A.    KOMPETENSI INTI :
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2.  Menunjukkan prilaku jujur, disiplin, bertanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleransi, damai), santun, responsif, dan proaktif sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

B.     KOMPETENSI DASAR
1)      Menghayati perkembangan agama Hindu di dunia
2)      Peduli terhadap perkembangan agama Hindu di dunia
3)      Memahami sejarah perkembangan kebudayaan Hindu di dunia
4)      Menyaji bukti-bukti prasejarah dan sejarah perkembangan agama Hindu di dunia

C.    INDIKATOR
·         Mampu memaparkan awal mula agama Hindu di India
·         Mampumemaparkansejarah perkembangan agama Hindu pada zaman weda
·         Mampu memaparkan sejarah perkembangan agama Hindu pada zaman Brahmana
·         Mampu memaparkan sejarah perkembangan agama Hindu pada zaman Upanisad
·         Mampu  memaparkan sejarah perkembangan Agama Hindu di luar India
·         Mampu memaparkan sejarah perkembangan Agama Hindu di Afrika dan Asia
·         Memaparkan sejarah perkembangan Agama Hindu di Benua amerika dan australia
·         Dapat menunjukkan hikmah kejayaan Agama Hindu di Mesir,Mexico, Indonesia, Peru, Kalifornia, dan Australia.
·         Dapat menunjukkan bukti-bukti peninggalan kejayaan Agama Hindu di Mesir, Mexico, Indonesia, Peru, Kalifornia


D.      MATERI

SEJARAH DAN PRASEJARAH AGAMA HINDU DI DUNIA
·          Asumsi Pertanyaan yang sering muncul ketika bicara sejarah (masa lalu)
·         Apa itu sejarah?
·         Apakah sejarah itu penting?
·         Kenapa belajar sejarah?
·         Belajar sejarah (masa lalu) sangatlah penting, kenapa? Karena dari masa lalu kita bisa belajar  untuk masa depan. Belajar dari kesalahan masa lalu untuk tidak terulang dimasa depan, belajar dari kesuksesan masa lalu untuk dapat dipertahankan serta ditingkatkan dimasa depan. Seperti apa yang diamanatkan Ir.Soekarna “JASMERAH” Jangan sekali-kali melupakaan sejarah masa lalu, Karena Bangsa yang besar adalah Bangsa yang mengahargai sejarahnya.
·         Kenapa belajar masa lalu itu penting “Ibarat kita mengendarai sebuah mobil, kalau mengendarai mobil ada dua buah kaca  yang sangat penting, pertama kaca depan pengemudi berfungsi melihat pandangan kedepan, yang kedua kaca sepion untuk melihat pandangan kebelakang, keduanya sangan penting. Apalagi kaca sepion untuk keamanan saat kita menyalip atau berbelok arah agar aman dari kendaraan dibelakang. Kaca depan ibarat MASA DEPAN, kaca sepion ibarat MASA LALU. Kaca depan dirancang lebih besar dan lebar, sedangkan kaca sepion dirancang agak kecil, ini artinya kita dianjurkan lebih fokus menatap masa depan dan sesekali menatap masa lalu, dan jangan terlena akan masa lalu yang indah atau suram, dan jangan juga melupakan masa lalu. Keduanya sangat penting untuk ditatap sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya dalam menjalani kehidupan.
·         Agama Hindu adalah agama yang mempunyai usia terpanjang merupakan agama yang pertama dikenal oleh manusia. Dalam uraian ini akan dijelaskan kapan dan dimana agama itu diwahyukan dan uraian singkat tentang proses perkembangannya. Agama Hindu adalah agama yang telah melahirkan kebudayaan yang sangat kompleks dibidang astronomi, ilmu pertanian, filsafat dan ilmu-ilmu lainnya. Karena luas dan terlalu mendetailnya jangkauan pemaparan dari agama Hindu, kadang-kadang terasa sulit untuk dipahami.
·         Banyak para ahli dibidang agama dan ilmu lainnya yang telah mendalami tentang agama Hindu sehingga muncul bermacam- macam penafsiran dan analisa terhadap agama Hindu. Sampai sekarang belum ada kesepakatan diantara para ahli untuk menetapkan kapan agama Hindu itu diwahyukan, demikian juga mengenai metode dan misi penyebarannya belum banyak dimengerti.
·         Penampilan agama Hindu yang memberikan kebebasan cukup tinggi dalam melaksanakan upacaranya mengakibatkan banyak para ahli yang menuliskan tentang agama ini tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya ada dalam agama Hindu.
Sebagai Contoh: "Masih banyak para ahli menuliskan Agama Hindu adalah agama yang polytheistis dan segala macam lagi penilaian yang sangat tidak mengenakkan, serta merugikan agama Hindu".










SEJARAH PERKEMBANGAN AGAMA HINDU DI INDIA

ð  Perkembanga agama Hindu berawal dari India suatu negara di asia selatan, menurut data sejarah agama Hindu merupakan agama bangsa Arya yakni bangsa pengembara yang datang dari luar India. Sebelum bangsa Arya datang ke India, di India sendiri dengan suku aslinya yaitu suku Dravida telah memiliki suatu bentuk peradaban yang tinggi yaitu kebudayaan Mahenjodaro dan Harappa yang dikenal sebagai peradaban lembah sungai Sindu, oleh para ahli sejarah berlangsung sekitar 3.000 SM. Dari hasil penggalian  yang dilakukan di mahenjodaro dan harapa ditemukan beberapa materai bertulis, patung dewi ibu penggambaran dari pemujaan Sakti dan juga materai bergambar seseorang yang duduk bersila dikelilingi oleh binatang yang identik dengna pemujaan dewa Siwa sebagai pasupati. Terdapat juga matrai matrai burung elang mengembangkan sayap dengan kepala berpaling ke kiri yang masing-masing sayapnya ada ular dalam cerita Hidu sebagai cikal bakal burung Garuda, serta adanya gambar lembu bertanduk satu yang mengrahkan pada keyakinan binatang suci dalam Hindu. Kedatangan Bangsa Arya ke daerah Punyab (aliran lima sungai) memperkaya khasanah kebudayaan di lembah Sungai Sindhu.

ð  Perkembangan agama Hindu di India, pada hakekatnya dapat dibagi menjadi 3 fase, yakni Jaman Weda, Jaman Brahmana, Jaman Upanisad. Dari peninggalan benda-benda purbakala di Mohenjodaro dan Harappa, menunjukkan bahwa orang-orang yang tinggal di India pada jamam dahulu telah mempunyai peradaban yang tinggi. Salah satu peninggalan yang menarik, ialah sebuah patung yang menunjukkan perwujudan Siwa. Peninggalan tersebut erat hubungannya dengan ajaran Weda, karena pada jaman ini telah dikenal adanya penyembahan terhadap  Dewa-dewa.



  1. Zaman Weda
2500 sampai dengan 1500 SM, kehidupan keagamaan didasarkan atas ajaran yang tercantum pada Weda samhita.
   Ciri jaman Weda adalah :
·      Objek pemujaan masyarakat yang populer kala itu adalah dewa-dewa dalam Weda yaitu, dewa Agni (personifikasi dari api, putra Dyanus sinar mentari pagi), Indra (digambarkan bersenjatakan petir dari dewa hujan menjadi dewa perang),Vayu (berpenampilan angker dan menakutkan tetapi memiliki sifat welas asih dan pelindung mahluk hidup), Varuna (dihubungkan dengan laut, tampan dan pemurah, kendaraanya gajah mina)
·      Cara pemujaan lebih banyak menekankan pada pembacaan/pelafalan sloka-sloka weda secara oral dengan menyanyikan dan mendengarkan kidung suci secara berkelompok.
·      Penerimaan Wahyu Weda oleh Sapta Rsi dan pengkodifikasian Weda oleh Rsi Vyasa beserta empat muridnya

Dalam keyakinan agama Hindu terdapat tujuh Maha Rsi (Sapta Rsi ) penerima wahyu weda dari Ida Sanghyang Widhi Wasa melalui pendengaran (Sruti) yaitu : Maha Rsi Grtsamada, Wiswamintra, Atri, Bharadwaja, Wasista, Kanwa dan Wamadewa. Weda samhita oleh Rsi Wyasa bersama empat muridnya mengkodifikasikan weda menjadi empat yang disebut CATUR WEDA SAMHITA.
      Rg Weda, 10.552 mantra merupakan weda tertua yang dikodifikasikan oleh Rsi Pulaha. Dipimpin oleh seorang Hotr, mantram Rg Weda dinyanyikan untuk memuja dan menghadirkan Dewa-dewa saat upacara
      Sama Weda, terdiri dari 1.875 mantram, dikodifikasikan oleh Rsi Jaimini. Dinyanyikan saat upacara berlangsung yang dipimpin oleh seorang Udgtr
      Yajur Weda, berbentuk prosa yang terdiri dari 1,975 mantra, dikodifikasikan oleh Rsi Waisampayana, berupa doa yang dinyanyikan secara berulang guna mempersembahkan upacara kurban berupa makanan kehadapan dewa tertentu yang dihadirkan yang dipimpin oleh seorang Adhvaryu
      Atharwa Weda, berbentuk prosa yang terdiri dari 5.975 dikodifikasikan oleh Rsi Sumantu. berisi tentang mantra-mantra bersifat magis untuk tujuan pengobatan dll.


Teks dalam Weda
  1. Zaman Brahmana
ditandai dengan terbitnya kitab-kitab Karma Kanda  yang berisi doa-doa  serta penjelasan upacara kurban sebagai kewajiban keagamaan
    Ciri Zaman Brahmana adalah :
  • Kehidupan keagamaan bersifat Ritualistik
  • Para Brahmana sebagai golongan masyarakat yang memahami seluk-beluk upacara keagamaan  menjadi golongan yang paling terhormat
  • Pasraman sebagai tempat untuk belajar Weda dan bentuk-bentuk ritual keagamaan mulai dikembangkan
  • Perkembangan fungsi pemujaan pada para Dewa
  • Pembagian empat tahapan kehidupan (catur asrama)

3. Zaman Upanisad
 Upanisad berarti duduk dekat guru untuk mendengarkan ajaran Rahasia. Periode jaman upanisad merupakan jaman dimana berkembang serta tumbuh suburnya intelektualitas dan pengetahuan para Rsi yang memunculkan kitab-kitab upanisad yang disebut juga Jnana Kanda. Terdapat 108 Kitab upanisad utama yang  membahas tentang suatu hakikat, ajaranya membahas tentang Brahman, Atman, Karmaphala, Punarbhawa, hubungan Atman dan Brahman.
   Ciri Zaman Upanisad :
  • kehidupan keagamaan ditandai dengan diskusi-diskusi filosofis yang bersifat teoritis
  • Lahirnya sistem Darsana, yang terbagi mejadi kelompok Astika ( Sad Darsana yakni Nyaya, Waisesika, Mimamsa, Samkhya, Yoga dan Wedanta). Kelompok Nastika ( Buddha, Carvaka, Jaina), pengembangan dan penyusunan falsafah keagamaan


v  PERKEMBANGAN AGAMA HINDU DI BEBERAPA NEGARA
Perkembangan agama Hindu ke luar India dalam data sejarah, menyebar ke daerah-daerah di dataran benua dalam kurun waktu yang panjang.
  1. Amerika
§  Cagar alam taman gunung abu ’’ash mountain park’’ dan sebuah pulau kuda ’’horse island’’ di alaska, amerika utara.
§  Kata Kalifornia memiliki kedekatan dengan kata Kapila Aranya
Cerita dalam kitab Purana
Kita mengenal kisah dalam kitab purana tentang keberadaan raja sagara dan enampuluh ribu putra-putranya yang dibakar habis hingga menjadi abu oleh maharsi kapila. Raja sagara memerintahkan putra-putranya untuk menggali bumi menuju ke patala-loka dalam rangka kepergian mereka mencari kuda untuk persembahan. kuda yang di cari itu diketemukan di lokasi maharsi kapila sedang mengadakan tapa brata.kedatangan putar-putra raja Sagara menggagu tapa brata Rsi kapila,  akhirnya maharsi kapila memandang putra-putra raja itu dengan pandangan amarah sampai mereka musnah menjadi abu. Kata patala-loka memiliki arti negeri di balik india, yaitu benua amerika.
  1. Meksiko
Meksiko terbilang negeri yang sangat jauh dari india. Masyarakat negeri ini dikatakan telah terbiasa merayakan sebuah hari raya pestaria yang disebut dengan hari Rama-Sita. Waktu hari pestaria ini memiliki hubungan erat dengan waktu hari suci Dussara atau Navaratri dalam agama hindu. Penggalian-penggalian peninggalan bersejarah yang dilakukan di negeri Meksiko telah menghasilkan penemuan beberapa patung ganesa ( baron humbolt dan harlas sanda ’’hindu superiority’’). Penduduk zaman purbakala yang ada di daerah-daerah ’’Meksiko’’ adalah orang-orang Astika, yaitu orang-orang yang percaya dengan keberadaan weda-weda. Kata astika adalah sebuah istilah yang saat ini masih dipergunakan oleh masyarakat Meksiko sebagai salah ucapan dari kata Aztec. Festival Rama-Sita yang dirayakan oleh masyarakat Meksiko dapat disamakan dengan percaya hari dussara atau Navaratri. Penemuan patung ganesa kita hubungkan dengan arca ganesa sebagai putra dewa siwa dalam mitologi Hindu. Masyarakat Astika adalah suku bangsa Astec itu sendiri yang kebanyakan di antara mereka memiliki kepercayaan memuja dewa siwa.


  1. Peru
Masyarakat negeri peru dikenal dengan bangsa Inca. Kata inca berasal dari kata ina yang berarti Matahari. Hari-hari raya tahunan masyarakat ini jatuh pada hari-hari Soltis. jatuh pada tanggal 21 juni dan 22 desember, yaitu pada hari-hari ketika matahari telah sampai pada titik deklanasinya, Sebagaimana biasa mulai tanggal 21 juni matahari ada di titik bumi belahan utara ’’utarayana’’, waktu yang dipandang baik untuk melaksanakan upacara yang berkaitan dengan dewa yadnya. desember matahari berada di titik bumi belahan selatan ’’daksinayana’’ saat waktu itu dipandang baik untuk melaksanakan upacara yang berhubungan dengan Bhuta Yadnya.

  1. Australia
Penduduk negeri kanguru ini memiliki jenis tarian tradisional yang disebut dengan siwa dance atau tarian siwa. Siwa dance adalah semacam tarian yang berlaku di antara penduduk asli Australia (spencer dan gillen ’’the native of central australia’’, halaman 621. Macmillan, 1899). Hasil penelitiannya menjelaskan bahwa para penari ‘’siwa dance’’ menghiasi dahinya dengan hiasan mata yang ketiga. Hal ini merupakan suatu bukti yang dapat dijadikan sumber memberikan informasi kepada kita bahwa penduduk asli negeri kanguru ‘’australia’’ ini telah mengenal atau mendengar dongeng-dongeng weda dan nama-nama dewa dalam kitab suci weda.

  1. Mesir ( Afrika )
Sebuah prasasti dalam bentuk inskripsi yang berhasil digali di Mesir berangka tahun 1280 SM. Isinya memuat perjanjian antara Raja Ramses II dan bangsa Hittite.Dalam perjanjian yang dilaksanakan oleh Raja Ramses II dengan bangsa Hittite tersebut, Mattravaruna sebagai dewa kembar dalam Weda telah dinyatakan sebagai saksi (H.R. hal ’’ancient history of the new east’’, hal 364). Maitravaruna adalah sebutan dari Tuhan Yang Maha Esa dalam konsep ke-Tuhanan agama Hindu. Raja-raja Mesir di zaman purbakala mempergunakan nama-nama, seperti Ramses I, Ramses II, Ramses II, dan seterusnya. Kata ramses mengingatkan kita kepada Rama yang terdapat dalam kitab Ramayana. Rama, oleh umat Hindu diyakini sebagai penjelmaan atau awatara Dewa Wisnu

  1. Afganistan
Di Afghanistan telah ditemukan arca ganesa dari abad ke-5 M yang ditemukan di Gardez, afghanistan sekarang, Pada arca tersebut terdapat tulisan ’’besar dan citra indah mahavinayaka’’ disucikan oleh Shahi Raja Khingala. Arca Ganesa tersebut menunjukkan bahwa agama hindu merupakan agama yang dianut oleh masyarakat di Afghanistan pada abad ke-5 hingga abad ke-7.

  1. Indonesia
Keberadaan agama Hindu di Indonesia menurut data sejarah diperkirakan pada abad ke-4 M, sebelum membahas lebih jauh tentang perkembangan agama Hindu dan kerajaan yang bercorak Hindu di Indonesia, kita akan membahas tentang beberapa tori dari para ahli tentang  masuknya Agama Hindu ke Indonesia
Ø  Krom (ahli - Belanda), dengan teori Waisya.
Dalam bukunya yang berjudul "Hindu Javanesche Geschiedenis", menyebutkan bahwa masuknya pengaruh Hindu ke Indonesia adalah melalui penyusupan dengan jalan damai yang dilakukan oleh golongan pedagang (Waisya) India.
Ø  Mookerjee (ahli - India tahun 1912).
Menyatakan bahwa masuknya pengaruh Hindu dari India ke Indonesia dibawa oleh para pedagang India dengan armada yang besar. Setelah sampai di Pulau Jawa (Indonesia) mereka mendirikan koloni dan membangun kota-kota sebagai tempat untuk memajukan usahanya. Dari tempat inilah mereka sering mengadakan hubungan dengan India. Kontak yang berlangsung sangat lama ini, maka terjadi penyebaran agama Hindu di Indonesia.
Ø  Moens dan Bosch (ahli - Belanda)
Menyatakan pengaruh kebudayaan Hindu yang dibawa oleh para para rohaniwan Hindu India ke Indonesia.




KERAJAAN HINDU DI INDONESIA

  1. Kerajaan Kutai
Kutai Martadipura adalah kerajaan bercorak Hindu di Nusantara yang memiliki bukti sejarah tertua. Kerajaan ini terletak di Muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di hulu sungai Mahakam. Nama Kutai diberikan oleh para ahli mengambil dari nama tempat ditemukannya prasasti yang menunjukkan eksistensi kerajaan tersebut. Informasi yang ada diperoleh dari Yupa / prasasti dalam upacara pengorbanan yang berasal dari abad ke-4. Ada tujuh buah yupa yang menjadi sumber utama bagi para ahli dalam menginterpretasikan sejarah Kerajaan Kutai. Dari salah satu yupa tersebut diketahui bahwa raja yang memerintah kerajaan Kutai saat itu adalah Mulawarman. Namanya dicatat dalam yupa karena kedermawanannya menyedekahkan 20.000 ekor sapi kepada kaum brahmana.

Yupa                           Peta posisi kerajaan Kutai di Kalimantan

  1. Kerajaan Tarumanegara
Tarumanagara atau Kerajaan Taruma adalah sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah barat pulau Jawa pada abad ke-4 hingga abad ke-7 M. Kerajaan Tarumanegara adalah kerajaan Hindu tertua di Jawa. Letaknya di Bogor, Jawa Barat. Berdiri pada tahun 450 Masehi. Rajanya yang terkenal bernama Purnawarman
         



  1. Kerajaan Mataram kuno
Kerajaan Mataram terletak di daerah Yogyakarta. Raja yang pertama adalah Raja Sanna, kemudian digantikan oleh Raja Sanjaya. Kerajaan ini dikenal dari sebuah prasasti di desa Canggal, barat Magelang. Prasasti ini tertulis tahun 732 Masehi. Prasasti ini menceritakan tentang didirikannya sebuah lingga Siwa di atas sebuah bukit di Kuncarakunja oleh Raja Sanjaya. Wilayah kekuasaannya mencapai pulau Jawa dan Bali




  1. Kerajaan Kediri
terletak di tepi sungai Brantas, Jawa Timur, beribu kota di Daha. Raja yang pernah memerintah Kediri BameswaraJayabayaSarweswaraAryyeswara, GandraKameswara, dan Kertajaya
Karya sastra dan pujangga yang terkenal adalah Mpu Sedah dan Mpu Panuluh dengan Kitab Bharatayuda, Kitab Hariwangsa, dan Kitab Gatutkacasraya. Peninggalan sejarah Kerajaan Kediri, antara lain Prasasti Pandeglang, Prasasti Penumbangan, Prasasti Hantang, Prasasti Talan, Prasasti Jepun, Prasasti Kahyunan, Prasasti Weleri, Prasasti Angin, dan Prasasti Semanding. Selain itu juga ada Kitab Smaradahana, Bharatayudha, Hariwangsa,Gatotkacasraya, dan Sumanasantaka. 

  1. Kerajaan Singasari
Kerajaan Singasari  terletak di Tumapel, Malang, Jawa Timur. Didirikan oleh Ken Arok tahun 1222. Singasari mencapai puncak kejayaan pada masa Kertanegara. Ia pernah mengirimkan tentara ke Melayu dalam usaha memperluas wilayah. Wilayah kekuasaannya mencapai Pahang, Melayu, Kalimantan Barat, Maluku, dan Bali. Pengiriman tentara ini dikenal dengan istilah Ekspedisi Pamalayu

  1. Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit terletak di selatan Sungai Brantas yang berpusat di Trowulan, Mojokerto. Didirikan oleh Raden Wijaya tahun 1294, yang bergelar Kertarajasa Jayawardhana. Raden Wijaya adalah keturunan dari Kertanegara. Puncak kejayaan Kerajaan Majapahit adalah semasa Raja Hayam Wuruk dan patihnya Gajah Mada




  1. Bali
Sebelum agama Hindu berkembang di Bali, masyarakat Bali sudah memiliki sistem kepercayaan seperti berikut
  1. Kepercayaan kepada gunung sebagai tempat suci.
  2. Sistem kubur yang mempergunakan sarkofagus (peti mayat).
  3. Kepercayaan adanya alam sekala dan niskala.
  4. Kepercayaan adanya penjelmaan (punarbawa).
  5. Kepercayaan bahwa roh nenek moyang orang bersangkutan dapat setiap saat memberikan perlindungan

Selanjutnya yang memerintah kerajaan Bali adalah Raja Bedahulu. Beliau adalah Raja Bali yang terakhir memerintah Bali tahun 1259 saka dengan gelar Sri Astasura Rata Bumi Banten. Setelah enam tahun pemerintahannya pada tahun 1265 saka, Gajah Mada dapat menaklukannya. Sejak Bali dikuasai oleh Majapahit, kerajaan Bali dipimpin oleh raja Sri Kresna Kepakisan. Pusat pemerintahan yang awalnya di Samprangan lalu dipindahkan ke Gelgel.
Selanjutnya pada pemerintahan Dalem Waturenggong, Bali mengalami masa keemasan. Agama Hindu berkembang dengan pesat karena aspek keagamaan ditata kembali oleh Dang Hyang Nirartha sebagai Purahita pendamping Raja Dalem Waturenggong. Peninggalan Hindu terbesar adalah Pura Besakih yang merupakan tempat pemujaan umat Hindu diseluruh dunia.


Kehidupan Bali Sebelum kena pengaruh Hindu telah mengenal sistem kepercayaan yaitu :
       Animisme è memuja roh nenek moyang digunung/bukit-bukit.
       Dinamisme è memuja benda2 yang yang diyakini memiliki kekeuatan gaib.

v  Ajaran Maha Rsi Markandeya di Bali :
1. Pemujaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (sanghyang Parama kawi, tuduh, parama wisesa) Konsep nyurya sewana (dgn sarana air, api, bunga dan buah) è agama Bebali
2. dikenal dengan daerah Bali, segala sesuatu menggunakan sesajen (sarana persembahan)  Masyarakatnya disebut baliaga
3. Pura Besakih, Andakasa, Lempusang, Watukaru, Sukawana dll
4. Simbol pengider-ngider (surya dan bulan)
5. Perayaan rahina Tumpek

Masyarakat Bali sebelum beragama Hindu:
- Gunung sebagai tempat suci
- sistem penguburan sarkopagus
- percaya sekala niskala
- punarbhawa
- roh leluhur

v  Ajaran Mpu Sang Kul Putih (Abad ke-8)
è Sebagai Pemongmong atau Pemrakarsa Pura Besakih
Perannya :
1. mengajarkan seni dan makna simbol suci
2. Orang suci di Kahyangan : Jero mangku, Jero Gede (dgn tapa yoga semadhi)
3. pelaksanaan hari2 suci : Galungan, Kuningan, Sugihan, Pegrwesi
4. mengajarkan konsep lingga, uang kepeng, arca

v  Ajaran Maha Rsi Mpu Kuturan di Bali (Abad ke-10)
1. Konsep Sanggah Kemulan, Taksu, Tugu Dalam Pekarangan
2. Sanggah Pemerajan (gedong, surya, meru, kemulan, taksu, penghayatan sad kahyangan)
3. Konsep Pura dadya, panti, kawitan
4. Konsep Kahyangan Tiga (puseh, Dalem, baleagung) èTri Murti

v  Ajaran Dang Hyang Dwi Jendra (Abad ke 14)
Disebut juga Danghyang Nirartha (pd kerajaan waturenggong)
Ajarannya :
1. Ilmu kepemerintahan
2. Ilmu tentang peperanga (Dharmayuddha)
3. Ilmu smaragama (pertemuan laki perempuan)
4. tatacara mamukur, maligia dlam prosesi ngaben
5. Pembangunan padmasana
6. Arsitektur bali



Ø  Beberapa peninggalan kerajaan Bali kuno
           Goa Gajah                                                                   Candi Gunung Kawi

I.  Bentuk-bentuk Peninggalan Kerajaan Hindu
  1. Candi

Nama Candi
Lokasi Penemuan
Pembuatan
Peninggalan
Prambanan
Yogyakarta
Abad ke-7 M
Mataram Lama
Dieng
Dieng, Jawa Tengah
Abad ke-7 M
Mataram Lama
Badut
Malang, Jawa Timur
Tahun 760 M
Kanjuruhan
Canggal
Jawa Tengah
Abad ke-8 M
Mataram Lama
Gedong Sanga
Jawa Tengah
Abad ke-8 M
Mataram Lama
Penataran
Blitar, Jawa Timur
Abad ke-11 M
Kediri
Sawentar
Blitar Jawa Timur
Abad ke-12 M
Singasari
Candi Kidal
Jawa Timur
Abad ke-12 M
Singasari
Singasari
Jawa Timur
Abad ke-12 M
Singasari
Sukuh
Karang Anyar, Jateng
Abad ke-13 M
Majapahit

  1. Prasasti

Nama Prasasti
Lokasi Penemuan
Pembuatan
Peninggalan
Kutai
Kutai, Kaltim
Abad ke-4 M
Kutai
Ciaruteun
Bogor, Jabar
Abad ke-5 M
Tarumanegara
Tugu
Cilincing, Jakut
Abad ke-5 M
Tarumanegara
Jambu
Bogor, Jabar
Abad ke-5 M
Tarumanegara
Kebon Kopi
Bogor, Jabar
Abad ke-5 M
Tarumanegara
Cidanghiang
Pandeglang
Abad ke-5 M
Tarumanegara
Pasir Awi
Leuwiliang, Jabar
Abad ke-5 M
Tarumanegara
Muara Cianten
Bogor, Jabar
Abad ke-5 M
Tarumanegara
Canggal
Magelang, Jateng
Abad ke-7 M
Mataram Lama
Kalasan
Yogyakarta
Tahun 732 M
Mataram Lama
Dinoyo
Malang, Jatim
Tahun 760 M
Mataram Lama
Kedu
Temanggung, Jateng
Tahun 778 M
Mataram Lama
Blanjong
Sanur, Bali
Abad ke-9 M
Bali Kuno


  1. Arca dan Patung
Nama Patung
Lokasi Penemuan
Pembuatan
Peninggalan
Trimurti
Dwarapala
Bogor, Jabar
Abad ke-5 M
Tarumanegara
Wisnu Cibuaya I
Cibuaya, Jabar
Abad ke-5 M
Tarumanegara
Wisnu Cibuaya II
Cibuaya, Jabar
Abad ke-5 M
Tarumanegara
Rajasari
Jakarta
Abad ke-5 M
Tarumanegara
Airlangga
Medang Kemulan
Abad ke-10 M
Medang Kemulan
Ken Dedes
Kediri, Jatim
Abad ke-12 M
Kediri
Kertanegara
Jawa Timur
Abad ke-12 M
Singasari
Kertarajasa
Mojekerto, Jatim
Abad ke-13 M
Majapahit

  1. Karya sastra (kitab)
Nama Kitab
Lokasi Penemuan
Pembuatan
Peninggalan
Carita Parahayangan
Bogor, Jabar
Abad ke-5 M
Tarumanegara
Kresnayana
Bogor, Jabar
Abad ke-5 M
Tarumanegara
Arjunawiwaha
Kahuripan, Jatim
Abad ke-10 M
Medang Kemulan
Lubdaka
Kediri, Jatim
Abad ke-11 M
Kediri
Baratayuda
Kediri, Jatim
Abad ke-12 M
Kediri

  1. Tradisi
-   Upacara nelubulanin ketika bayi berumur 3 bulan
-   Upacara potong gigi (mapandes).
-   Hukum adat dan Norma-norma moral
-    
A.  HIKMAH DARI BUKTI PENINGGALAN PERKEMBANGAN AGAMA HINDU DI INDIA DAN NEGARA LAIN
Weda merupakan suatu kepustakaan tertua dalam sejarah peradaban manusia. Selama ribuan tahun ajaran dalam Weda telah dianut dan terjemahkan dalam suatu sisitem keyakinan dalam membentuk peradaban, setiap kegiatan yang penting dalam kehidupan sosial dan politik keyakinan keagamaan diterjemahkan dalam bentuk pembuatan tempat suci, tulisan-tulisan untuk suatu kesaksian, mewujudkan dewata pujaan dalam bentuk arca hingga membentuk kebiasaan hidup dalam wujud tradisi keagamaan menjadi hal umum. Di masa kini kita memahami keberadaan dan pertumbuhan kebudayaan yang sangat maju dari peninggalan-peninggalan arkeologis maupun tradisi kebudayaan yang bersumber dari agama Hindu.
Agama Hindu sebagai agama tertua di dunia, telah mewariskan banyak hal positif dalam perkembanganya dimasa lalu. Seni arsitektur bangunan, organisasi hingga cara-cara kita menghargai alam yang bisa kita lihat dari bentuk-bentuk perayaan.
















Rangkuman



      Perkembangan awal agama Hindu di Lembah sungai Indus di India, secara umum perkembangan agamna Hindu di India terbagi atas beberapa perioda yakni zaman Weda, zaman Brahmana dan zaman Upanisad. Dalam setiap periodanya memiliki ciri masing-masing, perioda zaman Weda merupakan perioda zaman pewahyuan weda dan kodifikasi weda atas mantra-mantra Samhita, perioda zaman Brahmana kehidupan keagamaan berpusat pada ritual yang berpusat pada kitab Karma Kanda. Perioda zaman upanisad kehidupan keagamaan berpusat pada pengetahuan filosofis yang berpusat pada kitab-kitab Jnana kanda.
      Agama Hindu menyebar ke luar India, menurut data dan tafsir sejarah agama Hindu menyebar ke benua Amerika. Kebudayaan masyarakat Aztec di Meksiko dan suku Inca di Peru menunjukkan bahwa agama Hindu pernah dianut oleh suku-suku tersebut dalam jangka waktu yang sangat lama begitu juga di Australia dengan suku aslinya yakni Aborigin. Di Mesir ditemukan inskripsi yang merujuk pada pemujaan pada dewa-dewa weda oleh masyrakat mesir dimasa yang sangat lampau
     Perkembangan agama Hindu di Indonesia dapat diamati dari bukti sejarah peninggalan kerajaan Hindu melalui peninggalan berupa tempat suci, prasasti, arca, karya sastra dan tradisi.























BAB IV
TANTRA YANTRA DAN MANTRA




A.    KOMPETENSI INTI :
1.      Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2.      Menunjukkan prilaku jujur, disiplin, bertanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleransi, damai), santun, responsif, dan proaktif sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

B.     KOMPETENSI DASAR
1)      Menghayati dan mengamalkan perilaku penghayatan ajaran Yantra, Tantra dan Mantra dalam konsep Weda
2)      Disiplin menjalankan ajaran Yantra, Tantra dan Mantra dalam kehidupan nyata
3)      Menerapkan ajaran Yantra, Tantra dan Mantra
4)      Mempraktekkan ajaran Yantra, Tantra dan  Mantra dalam kehidupan


     C.  : INDIKATOR
·         Pengertian Yantra, Tantra dan Mantra
·         Yantra Tantra dan Mantra dalam Konsep Weda
·         Fungsi Yantra Tantra dan Mantra
·         Contoh penggunaan Yantra Mantra dan Mantra dalam kehidupan beragama

v  AJARAN TANTRA YANTRA DAN MANTRA
            Hindu mengajarkan umatnya untuk selalu berbuat dalam hidup ini,oleh karena berbuat jauh lebih baik dari pada tidak berbuat sama sekali, berbagai macam upaya telah dilakukan untuk meningkatkan kesadaran pribadi, namun apa yang telah dilakukan belumlah mencapai kesempurnaan,berikut mari reningkan sloka di bawah ini:



Purusa evadam sarvam
Yabhutam yacca bhavyam
Utamrtatvasena no
Jadannenati rohati

Artinya :
Tuhan sebagai wujud kesadaran agung merupakan asal dari segala yang ada dan yang akan ada, ia adalah raja di alam yang abadi dan juga di bumi ini, yang hidup dan berkembang dengan makanan ( Rg Veda.X.90.2 )

            Umat Hindu dalam melakukan puja bakti terhadap keberadaan Brahman ( Hyang Widhi ) secara umum dapat dilakukan dengan aspek yantra, tantra, mantra, yajna dan yoga. Yantra adalah alat / simbol – simbol yang diyakini mempunyai kekuatan spiritual untuk meningkatkan kesucian, Tantra adalah kekuatan suci yang berasal dari dalam diri yang dibangkitkan dengan cara – cara yang ditetapkan dalam kitab suci weda, Yajna adalah persembahan yang tulus iklas dipersembahkan untuk meningkatkan kesucian, Mantra adalah doa – doa yang diucapkan oleh umat kebanyakan, pinandita dan pandita sedangkan Yoga adalah mengendalikan gelombang pikiran untuk berhubungan dengan Tuhan.

v  PENGERTIAN TANTRA, YANTRA DAN MANTRA

èTantra : berasal dari bahasa sanskerta yang memiliki makna “ memperluas “ Tantra adalah salah satu konsep pemujaan terhadap manipestasi Hyang Widhi yang memiliki banyak sifat kemaha kuasaan dengan sifat – sifatnya. Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003 : 114  menyatakan tantra adalah tantrisme adalah ajaran dalam Agama Hindu  yang mengandung unsur mistik dan magis. Tantra adalak akumulasi dari berbagai praktik dan gagasan untuk penggunaan ritual bersifat duniawi dan rohani.

èYantra : berasal dari bahasa sanskerta yang memiliki arti mengikat/ menyimpulkan sebuah peralatan, yantra adalah sarana untuk memuja Dewa ( L.Mardiwarsito ) yantra kebutuhan dasar untuk mewujudkan semua simbol-simbol, semua wujud suci, altar, pura dan mudra dipergunakan dalam bentuk pemujaan bersifat gaib.

èMantra : berasal dari bahasa sanskerta dari “ man “ artinya pikiran dan “ tra “  menyebrangkan, mantra adalah media untuk menyebrangkan pikiran dari yang tidak suci atau tidak benar menjadi semakin suci dan semakin benar, mantra memiliki tujuan untuk melindungi pikiran dari jalan yang sesat menuju yang baik, benar dan semakin suci. Mantra adalah kumpulan kata-kata yang mempunyai arti mistik, mantra disusun dengan menggunakan aksara – aksara tertentu diatur sedemikian rupa sehingga menimbulkan suatu bunyi,  mantra harus disuarakan dengan ritma yang tepat.




Ø  HAKEKAT DAN MAKNA TANTRA

ð  Kata tantra berasal dari bahasa Sansekerta yang memiliki makna “memperluas”. Tantra merupakan salah satu dari sekian banyak konsep pemujaan kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, di mana manusia kagum pada sifat-sifat ke-Maha- Kuasaan-Nya sehingga memiliki keinginan untuk mendapatkan kesaktian.
ð  Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2003:1141) menjelaskan tantra ‘tantrisme’ adalah ajaran dalam Agama Hindu yang mengandung unsur mistik dan magis. Mistik dapat dipahami sebagai eksistensi tertinggi kesadaran manusia, di mana ragam perbedaan (“kulit”) akan lenyap, eksistensi melebur ke dalam kesatuan mutlak hal ikhwal, nilai universalitas, alam kesejatian hidup, atau ketiadaan.

Ciri-ciri MISTISME
1. Persoalan praktik, aktivitas spiritual
2. Jalan atau metodenya cinta / kasih sayang
3. Mengasilkan pengalaman psikologi
4. Tidak mementingkan diri sendiri
5. Sarat dengan pengalaman2 spiritual
* mistik berbeda dengan aliran klenik, gugontuwon, irasional

       Tujuan tantra adalah pembebasan dari kebodohan dan kelahiran kembali, alam semesta yang dianggap sebagai permainan
       Mengajarkan pemujaan terhadap “Sakti” sbg obyek utama pemujaan
       Dalam tatraisme dipuja istadewata siwa-sakti

Kesadaran tertinggi ini terletak di dalam batin atau rohaniah, mempengaruhi perilaku batiniah (bawa) seseorang, dan selanjutnya mewarnai pola pikirnya. Atau sebaliknya, pola pikir telah dijiwai oleh nilai mistisisme yakni eksistensi kesadaran batin. Meskipun demikian, eksistensi mistik yang sesungguhnya tidaklah berhenti pada perilaku batin (bawa) saja, lebih utama adalah perilaku jasad (solah). Artinya, mistik bukanlah sekedar teori namun lebih kearah manifestasi atau mempraktikkan perilaku batin ke dalam aktivitas hidup sehari-harinya dalam berhubungan dengan sesama manusa dan makhluk lainnya. Diantara kita tentu ada yang tidak ingin menjadi seorang agamis, yang hanya terpaku pada simbol-simbol agama berupa penampilan fisik, jenis pakaian, cara bicara, bahasa, gerak-gerik, bau minyak wanginya. Ada baiknya diantara kita menjadi seorang praktisi (penghayat) akan teori-teori agama sehingga tidak hanya pintar berbicara. Hal itu menjadi hak setiap orang untuk memilih, masing-masing tentu akan membawa dampak yang berbeda-beda. Damarjati Supadjar, mengemukakan bahwa ciri-ciri mistisisme adalah sebagai berikut: Mistisisme adalah persoalan praktik; Secara keseluruhan, mistisisme adalah aktivitas spiritual; Jalan dan metode mistisisme adalah cinta kasih sayang; Mistisisme menghasilkan pengalaman psikologis yang nyata; dan Mistisisme sejati tidak mementingkan diri sendiri.
 Jika kita cermati dari kelima ciri mistisisme di atas dapat ditarik benang merah bahwa mistik berbeda dengan sikap klenik, gugon tuhon, bodoh, puritan, irasional. Sebaliknya mistik merupakan tindakan atau perbuatan yang adiluhung, penuh keindahan, atas dasar dorongan dari budi pekerti luhur atau akhlak mulia. Mistik sarat akan pengalaman-pengalaman spiritual. Yakni bentuk pengalaman-pengalaman halus, terjadi sinkronisasi antara logika rasio dengan “logika” batin. Pelaku mistik dapat memahami fenomena atau eksistensi di luar diri (gaib) sebagai kenyataan yang logis atau masuk akal. Sebab akal telah mendapat informasi secara runtut, juga memahami rumus-rumus yang terjadi di alam gaib.


  • Tantrisme dan Saktiisme hampir satu dan sama. Dalam Tantrisme, IstaDeva yang dipuja adalah Siwa-Sakti, kombinasi dari Siwa dan saktinya Parwati. Tantra adalah satu sistem dari praktek-praktek yang dipergunakan untuk meningkatkan spiritual. Ajaran terbaik dari tantra adalah pengetahuan mengenai energi kundalini yang luas yang belum dimanfaatkan di dalam tubuh manusia. Tantra juga melakukan penelitian mengenai ilmu kimia, astrologi, astronomi, palmistry “ilmu meramal melalui rajah tangan”, cosmologi “ilmu tentang alam semesta, awal perkembangan dan akhirnya” bahkan teori atom.  Mantra-mantra Hindu yang ada sampai saat ini banyak bernapaskan ajaran tantra. Yantra dan bentuk-bentuk geometral yang dihubungkan dengan mantra, juga merupakan ajaran yang sama pentingnya dari tantra untuk kemanusiaan.


v  Ajaran terbaik tantra adalah pengetahuan mengenai energi kundalini

ð  Disepanjang Sumshumna, ada tujuh pusat-pusat bathin ‘psychic centers’; mulai dari muladhara chakra. Elemen ini tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, namun harus dipercaya berbentuk seperti bunga teratai dengan warna-warna yang berbeda dan masing-masing mengendalikan kegiatan dari organ indriya yang berbeda.

1)      Muladhara Chakra berada pada dasar dari tulang belakang, memiliki empat daun bunga dan mengendalikan indra penciuman.
2)      Swadishthana Chakra berada pada dasar kelamin, memiliki enam daun bunga dan mengendalikan indra perasa.
3)      Manipura Chakra berposisi di seberang pusar, mempunyai sepuluh daun bunga dan mengendalikan pandangan.
4)      Anahata Chakra posisinya sejajar dengan hati, mempunyai dua-belas daun bunga dan mengendalikan indra peraba.
5)      Wisuddha Chakra berada pada jakun kerongkongan, memiliki enam belas daun bunga dan mengendalikan indra pendengaran.
6)      Ajna Chakra berkedudukan di antara alis, memiliki dua daun bunga dan mengendalikan pikiran.
7)      Sahasrara Chakra terletak di atas titik paling atas dari kepala, mempunyai seribu daun bunga. Seorang Yogi yang mendalami ajaran kundalini dengan memiliki posisi chakra seperti tersebut di atas dapat dinyatakan telah meperoleh ‘kesadaran Kosmis’.
           
Menurut Kitab-kitab Tantra, ada kekuatan hebat yang sangat rahasia di dalam tubuh manusia yang disebut kekuatan Kundalini atau kekuatan ular. Ia berbaring seperti seekor ular dalam gulungan atau bentuk yang tidak aktif pada dasar dari tulang belakang di Muladhara chakra. Tiga dari saraf yang paling penting dari tubuh manusia, Sushumna, Ida dan Pinggala, juga berawal dari titik yang sama disebut Muladhara chakra. Menurut Tantra, karena kekuatan yang hebat ini tetap tidur ‘dormant’ selama kehidupan seseorang maka kebanyakan orang tidak menyadari keberadaannya. Dipercayai bahwa ketika manusia mengembangkan spiritualitas dengan meditasi atau latihan pranayama, kekuatan ini bangkit ke atas perlahan-lahan melalui saraf Sushumna. Bergeraknya ke atas secara perlahan dari kekuatan Kundalini ini dikenal sebagai kebangkitan dari Kundalini. Kekuatan ini begerak ke atas secara perlahan-lahan dan mantap dalam satu garis lurus. Ketika melewati setiap pusat batin ‘psychic center’ orang itu akan memiliki kendali penuh atas organ-organ indriyanya. Misalnya, bila ia mencapai Manipura Chakra di seberang pusar, orang itu akan mempunyai kendali penuh atas pandangan. Tidak ada Samadhi “persatuan dengan Tuhan” yang dapat dilakukan tanpa kebangkitan kekuatan kundalini. Dikatakan bahwa kekuatan kundalini melewati keenam chakra dan akhirnya bersatu dengan Sahasrara di atas “tiara, crown” dari kepala. Ketika ini terjadi orang tersebut telah mencapai kesadaran kosmis, bentuk tertinggi dari pengejawantahan Tuhan.
 Demikian makna tantra yang disebut-sebut sebagai bagian dari ajaran Agama Hindu yang bersifat magis dapat dipahami oleh pengikutnya dilaksanakan dengan memanfaatkan yantra dan mantra.


Ø  HAKEKAT DAN MAKNA YANTRA

ð  Yantra (sanskerta) è alat, instrumen
ð  adalah bentuk “niyasa” (= simbol = pengganti yang sebenarnya)  yang diwujudkan oleh manusia untuk mengkonsentrasikan baktinya ke hadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa, misalnya dalam perpaduan warna, kembang, banten, gambar, arca, dan lain-lain.

Yantra è garis2 lurus, lengkung yg dipadukan merupakan basis dari energi alam semesta yg merupakan perwujudan dewata
Yantra è lukisan geometri dr tipe tertentu yg mempunyai makna dan memiliki struktur / komposisi dr suatu dewa.
Yantra è sarana pemusatan pikiran
Yantra è digunakan dlm pemujaan


ð  Dalam kamus Sanskerta, kata yantra memiliki arti mengikat, menyimpulkan sebuah peralatan, instrumen, mesin dan sebuah jimat. Yantra umumnya berarti alat untuk melakukan sesuatu guna mencapai tujuan. Di dalam pemujaan yantra adalah sarana tempat memusatkan pikiran. Yantra merupakan aspek dalam dari bentuk penciptaan. Sifat dasar dari manusia dan binatang, seperti halnya para Devata yang diekspresikan melalui yantra. Yantra adalah garis-garis lurus, lengkung yang dipadukan yang merupakan basis dari energi alam semesta yang merupakan perwujudan Devata. Selain itu yantra adalah suatu lukisan geometri dari tipe tertentu yang mempunyai makna serta mempunyai bentuk yang berbeda-beda sehingga pada masing-masing bentuk memiliki struktur dan komposisi dari suatu Deva tertentu. Yantra merupakan hal yang sangat penting bagi seseorang dalam hal melakukan pemujaan serta persembahan kehadapan Tuhan. Yantra dilihat dari struktur memiliki bentuk yang beragam serta disusun sesuai dengan si penggunanya.

            Kata yantra dinyatakan berasal dari bahasa Sanskerta yang artinya sarana untuk memuja Deva, sedangkan dalam kamus Sanskerta-Indonesia, kata yantra diartikan harta kekayaan, bantuan, alat perlengkapan dan lain-lain. Yantra merupakan kebutuhan dasar untuk menggambarkan semua simbolsimbol, semua wujud suci, altar, pura dan mudra. Yantra dipergunakan dalam upacara pemujaan, Devata dihadirkan dengan menggambar melalui yantra dan memanggil nama yang gaib. Yantra dapat diekspresikan ke dalam aspek internal dari setiap bentuk ciptaan. Sifat alami manusia dan binatang-binatang, seperti halnya Deva-Deva dapat diekspresikan melalui yantra.

ð  Yantra dapat berbentuk diagram, dilukis atau dipahatkan di atas logam, kertas atau benda-benda lain dan disucikan seperti menyucikan pretima, kemudian dilakukan pemujaan melalui sarana yantra tersebut, seperti pemujaan melalui pratima, arca (patung), dan sebagainya. Mantra yang berbeda digunakan untuk
 melakukan pemujaan yang berbeda, demikian pula halnya dengan penggunaan yantra-yantra. Menurut Ensiklopedi Hindu, yantra merupakan simbol seperti banten atau alat-alat upacara.
  • Yantra adalah dipergunakan oleh seseorang yang telah suci (pribadi, pemangku, pendeta atau sulinggih) dalam memuja Ida Sang Hyang Widhi/Tuhan Yang Maha Esa beserta manifestasi-Nya. Selain itu, yantra lebih banyak mengejawantah ke dalam berbagai lambang-lambang atau simbol beserta peralatan, sarana dan prasarana ritual bersangkutan.

  • Yantra adalah garis-garis lurus dan garis-garis lengkung yang dipadukan sedemikian rupa, yang merupakan basis dari energi dan alam semesta sebagai perwujudan devata. “Yantra adalah wujudnya, mantra adalah jiwanya dan devata adalah atma yang menghidupkannya. Perbedaan antara yantra dengan devata adalah seperti halnya badan dan roh”. Yantra diyakini merupakan basis alami, atau kebenaran, indeogram daripada tulisan-tulisan yang muncul. Segala bentuk garis, titik, garis lurus, tanda tambah, lingkaran, segi tiga dan sebagainya mengandung arti simbolis berhubungan dengan gerak alami. Hal ini dapat dikombinasikan lebih kompleks untuk menjadi gambaran kekuatan tertentu atau sifat wujud dalam beberapa aspek penciptaan. Tidak ada bentuk, tidak ada gerakan yang mungkin tidak direduksi melalui pertolongan yantra dengan analisis yang benar dan penggambaran kekuatan penciptaan dari alam semesta yang kita sebut sebagai yang suci.

  • Yantra walapun digambarkan di atas lembaran sebagai suatu yang menumbuhkan kesan bentuk tiga dimensi merupakan wujud dari yantra. Bentuk yantra tiga dimensi itu sendiri sebagai wujud bayangan yang statis dalam gerak, berkombinasi dengan kekuatan hidup yang menggambarkan Devata tertentu. Yantra merupakan kebutuhan dasar untuk menggambarkan semua simbol-simbol, semua wujud suci, semua arca, semua bangunan suci, altar, pura dan mudra. Yantra digunakan dalam upacara pemujaan pada umumnya, devata dihadirkan dengan menggambarkan melalui yantra dan memanggil nama yang gaib. Yantra dapat diekspresikan ke dalam aspek internal dari setiap bentuk ciptaan. Sifat alami manusia dan binatangbinatang, seperti halnya Deva-Deva dapat diekspresikan melalui yantra. Yantra merupakan aspek dalam dari bentuk penciptaan. Sifat dasar manusia dan binatang, seperti halnya para devata dapat diekspresikan melalui yantra. “di dunia ini terdapat yantra yang tidak terhitung jumblahnya. Setiap bentuk adalah yantra, setiap daun dan bunga, melalui bentuk, warna, bau harum, dan sebagainya, semua menjelaskan kepada kita cerita tentang pencipataan”.

ð  Yantra, umumnya berarti alat untuk melaksanakan sesuatu guna mencapai tujuan. Di dalam pemujaan, yantra adalah sarana tempat memusatkan pikiran. Dalam Yogini Tantra dikatakan bahwa Devi harus dipuja di dalam pratima, mandala atau yantra. Pada tingkat tertentu, kemajuan spiritual sadhaka diperkenankan memusatkan bhaktinya melalui yantra. Siddha-yogi di dalam proses pemujaan internal yang dilakukannya (antarpuja) memulainya dengan melakukan pemujaan melalui yantra, yang merupakan perlambang dari Brahma-vijnana. Sebagaimana halnya mantra adalah lambang dari perwujudan devata. Dinamakan yantra karena sarana itu juga mencegah timbulnya niyantrana (nafsu, kemarahan, dan kekeruhan lain) dari jiwa dan mencegah penderitaan yang diakibatkan oleh kekeruhan jiwa tersebut.

Yantra biasanya berbentuk diagram, di lukis atau dipahatkan di atas logam, kertas atau benda-benda yang lain, dan disucikan seperti menyucikan pratima, kemudian dilakukan pemujaan melalui sarana yantra tersebut, seperti pemujaaan melalui pratima, arca (patung) dan sebagainya. Mantra yang berbeda digunakan untuk melakukan pemujaan yang berbeda, demikian pula halnya dengan penggunaan yantra-yantra itu. Terdapat berbagai jenis lukisan di dalam yantra, tergantung dari tujuan pemujaan. Demikian sehingga dalam waktu singkat makna yantra sebagai simbol sesuatu yang dikenakan oleh setiap pemakai dapat dirasakan hasilnya.

Ø  HAKEKAT DAN MAKNA MANTRA



ð  Mantra (sanskerta)
Man => Pikiran
Tra => menyebrangkan
Mantra è media untuk menyebrangkan pikiran dr yg tdk suci (tdk benar) menuju kebenaran
Mantra è kumpulan dari kata-kata yang mempunyai arti mistik, gaib.
ð  Mantra è disusun menggunakan aksara-aksara shg menghasilkan suatu bentuk bunyi yg sakral dan mempunyai getaran (vibrasi)untuk memberikan pengaruh yg dikehendaki.

ð  Mantra è sebagai alat untuk mengikat pikiran kepada obyek yang dipuja.

ð  Mantra adalah media untuk menyeberangkan pikiran dari yang tidak suci atau tidak benar menjadi semakin suci dan semakin benar. Mantra memiliki tujuan untuk melindungi pikiran dari jalan sesat menuju jalan yang benar dan suci.
ð  Kata mantra berarti “bentuk pikiran”, sehingga seseorang yang mampu memahami makna yang terkandung di dalam mantra dapat merealisasikan apa yang digambarkan di dalam mantra tersebut. Mantra adalah kumpulan dari pada kata-kata yang mempunyai arti mistik, serta umumnya berasal dari bahasa Sanskerta dan dinamai Bijaksara.

ð  Mantra disusun dengan menggunakan aksara-aksara tertentu yang diatur sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu bentuk bunyi, sedangkan huruf-huruf itu sebagai perlambang dari bunyi tersebut. Mantra mempunyai getaran atau suara tersendiri sehingga untuk menghasilkan pengaruh yang dikehendaki mantra harus disuarakan dengan cara yang tepat, sesuai dengan “suara” atau ritme, dan warna atau bunyi. Apabila mantra tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa lain, mantra itu tidak memiliki warna yang sama, sehingga terjemahannya hanya sekedar kalimat.

ð  Mantra sebagai sebuah pola gabungan kata-kata bahasa Veda yang diidentikkan dengan Deva atau Devi tertentu. Mantra digunakan dalam sadhana tantra atau berbagai ritual, diucapkan atau diulang-ulang dalam berbagai kombinasi atau konteks yang kemudian membuat pola vibrasi tertentu.

ð  Mantra-mantra yang ada sekarang adalah warisan dari para maharsi, orang suci, orang sadhu dan yogi yang telah mempraktekkan berbagai mantra selama ribuan tahun. Dalam pengucapan mantra, ada hal-hal yang perlu dicermati seperti: susunan kata-kata, ritme/intonasi serta pengucapan yang tepat yang diikuti dengan suasana lingkungan yang baik sehingga akan menciptakan suatu kesucian. Mantra adalah sebuah kata-kata atau kalimat suci yang bersumber dari kitab suci veda, khususnya dalam teks dharma pemujaan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi/Tuhan Yang Maha Esa beserta dengan berbagai macam manifestasi-Nya pada saat pelaksanaan Panca Yajna dalam kehidupan dan penerapan ajaran Hindu.

Adapun Jenis mantra menurut Sifat :
  1. Satvika Mantra è digunakan untk pencerahan, kebijaksanaan, kasih sayang Tuhan.
  2. Rajasika Mantra è  digunakan untu kemakmuran duniawi serta kesejahteraan anak-cucu.
3.    Tamasika Mantra è digunakan untuk mendamaikan roh-roh jahat, menghancurkan dan membahayakan orang lain.

Adapun Cara pengucapan mantra ada empat cara, yaitu  :
1)      Waikhari Japa, èyaitu mengucapkan mantra sampai terdengar
2)      Upamsu Japa, èmengucapkan mantra dengan cara berbisik
3)      Manasika Japa, èyaitu mengucapkan mantra di dalam hati
4)      Likhita Japa, èyaitu mengucapakan mantra dengan menulis berulang-ulang di atas kertas

Pahala Pengucapan Mantra yaitu :
1.       Siddha è membuahkan keberhasilan
2.       Sadhya è untuk pertolongan
3.       Susidha è dapat menyelesaikan
4.      Ari è menghancurkn Musuh (sebagai perlindungan)

Adapun Fungsi dari Mantra:
1. Memuja Tuhan Yang Maha Esa
2. Memohon Kesucian
3. Memohon Keselamatan
4. Pencerahan dan kebijakan
5. Melestarikan ajaran Dharma

Mantra merupakan aspek dari Brahman dan seluruh manfestasi Kulakundalini. Secara filosofis sabda itu adalah guna dari akasa atau ruang ethernal. Tetapi sabda itu bukan produksi akasa. Sabda memanifestasikan diri di dalam akasa. Sabda itu adalah Brahman, seperti halnya di antariksa, gelombang bunyi dihasilkan oleh gerakan-gerakan udara (Vāyu); karena itu di dalam rongga jiwa atau di rongga tubuh yang menyelubungi jiwa, gelombang bunyi dihasilkan sesuai dengan gerakangerakan Praóa vāyu dan proses menarik napas dan mengeluarkan napas.
 Mantra disusun dengan menggunakan akûara-akûara tertentu, diatur sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu bentuk bunyi, sedangkan huruf-huruf itu sebagai perlambang-perlambang dari bunyi tersebut.
Dalam melaksanakan Tri Sandhya, sembahyang dan berdoa setiap umat Hindu sepatutnya menggunakan mantra, namun bila tidak memahami makna mantra, maka sebaiknya menggunakan bahasa hati atau bahasa ibu, bahasa yang paling dipahami oleh seseorang yang dalam tradisi Bali disebut “Sehe” atau “ujuk-ujuk” dalam bahasa Jawa. Penggunaan mantra sangat diperlukan dalam sembahyang. Mantra memiliki makna sebagai alat untuk mengikatkan pikiran kepada obyek yang dipuja. Pernyataan ini tidak berarti bahwa setiap orang harus mampu mengucapkan mantra sebanyak-banyaknya, melainkan ada mantra-mantra yang merupakan ciri atau identitas seseorang penganut Hindu yang taat, yakni setiap umat Hindu paling tidak mampu mengucapkan mantra sembahyang Tri Sandhya, Kramaning Sembah dan doa-doa tertentu, misalnya mantra sebelum makan, sebelum bepergian, mohon kesembuhan dan lain-lain.
Umumnya umat Hindu di seluruh dunia mengenal Gayatri mantra, mantra-mantra subhasita ‘yang memberikan rasa bahagia dan kegembiraan’ termasuk mahamrtyunjaya ‘doa kesembuhan/mengatasi kematian’, sanyipatha ‘mohon ketenangan dan kedamaian’ dan lain-lain. Mantra pada umumnya adalah untuk menyebutkan syair-syair yang merupakan wahyu Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan sruti.


v  HUBUNGAN TANTRA YANTRA MANTRA

       Yantra adalah sebagai wujud (Media)
       Tantra adalah sebagai  pelakasanaanya (Ritual)
       Mantra adalah sebagai jiwa (Power)


v  FUNGSI DAN MANFAAT TANTRA YANTRA DAN MANTRA
Fungsi dan mampaat tantra, yantra dan mantra dalam kehidupan bagi umat Hindu adalah :
2.1.Simbol sesuatu yang dihormati dan dipuja
2.2.Sarana/media untuk mewujudkan tujuan hidup dalam beragama
2.3.Media dalam memasukkan pikiran
Makna mantra :
1.      Untuk mencapai kebebasan
2.      Memuja manifestasi Hyang Widhi
3.      Memuja Dewata dan Roh Leleuhur
4.      Berkomonikasi dengan Dewa
5.      Memperoleh tenaga yang super natural
6.      Menghaturkan persembahan
7.      Mencegah pengaruh negatip
8.      Mengusir roh jahat
9.      Mengobati penyakit
10.  Menetralisir pengaruh jahat
11.  Memberi pengaruh lain terhadap pikiran dan perbuatan
12.  Mengontrol
13.  Menyucikan

Fungsi dan mamfaat mantra
1.Memuja Tuhan ( Hyang Widhi )
2.Memohon kesucian
3.Memohon keselamatan
4.Memohon pencerahan
5.Melestarikan ajaran dharma

hubungi saya via WA : 085237290333.

1 comments

Super bermanfaat, jikasaja dilengkapi gambar pasti akan sempurna. Terimakasih...


EmoticonEmoticon