KELAS XII
SEMESTER II
BAB IV
KONSEP ASTANGGA
YOGA
DALAM UPAYA
MENCAPAI MOKSA
“. . . lewih tekaò tapa sakiò yajña,
Lewih tekaò yajña sakeò kirti, Ikaò
tigaò siki prawåþti-kadharma òaran ika,
Kunaò ikaò yoga yeka niwåþti
kadharma òaranya”.
Terjemahannya :
“. . . . adapun
keutamaan daripada tapa atau pengendalian diri munculnya atau
tumbuhnya dari
yajña atau persembahan atau pemujaan, sedangkan keutamaan
daripada yajña
atau persembahaan/ pemujaan munculnya dari kirti atau kerja/ pengabdian,
demikianlah
ketiganya itu disatukan yang disebut,
prawrttikadharman, tetapi mengenai ajaran yoga
itu disebut
dengan niwrtti-kadharman”.
(Agastya Parwa)
A.
KOMPETENSI INTI :
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2. Menunjukkan prilaku jujur, disiplin, bertanggung jawab,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleransi, damai), santun, responsif, dan
proaktif sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta menempatkan
diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
B.
KOMPETENSI DASAR
1) Mengamalkan
konsep Astangga Yoga dalam upaya mencapai Moksa
2) Disiplin
menjalankan Astangga Yoga dalam upaya mencapai Moksa
3) Memahami
Astangga Yoga untuk mencapai Moksa
4)
Menyajikan
Astangga Yoga untuk mencapai Moksa
C.
: INDIKATOR
· Mampu
menjelaskan pengertian Moksa
· Mampu
menjelaskan Moksa dari kutipan beberapa Sloka dalam Bhagawadgita
· Mampu
menjelaskan Moksa sebagai bagian dari lima fondasi dasar keyakinan
· Mampu
menjelaskan moksa sebagai tujuan akhir
· Mampu
menjelaskan tingkatan-tingkatan moksa
· Mampu
menunjukkan kutipan Sloka yang menunjukkan uraian tentang tingkatan Moksa
· Mampu
menjelaskan Moksa sebagai pencapaian kesadaran rohani paling tinggi yang
disebut kebebasan
· Mampu
menjelaskan keberadaan empat jalan Catur Marga Yoga
· Mampu
menguraikan ciri dan sifat Bakti marga Yoga, karma margayoga, jnana marga yoga
dan raja marga yoga sebagai sarana
mencapai pembebasan
· Mampu
menguraikan implementasi ajaran susila atau etika sebagai sarana untuk mencapai
pembebasan
· Mampu
menguraikan ajaran astangga yoga sebagai sarana pembebasan diri
v
AJARAN ASTANGGA
YOGA
Ajaran
“yoga” dapat menuntun manusia secara bertahap mengendalikan dirinya untuk dapat
menguasai pikirannya dan akhirnya sampai mencapai ketenangan pada Sang Hyang
Widhi. Pelaksanaan yoga terdiri dari delapan tahapan, yang disebut “Astāngga yoga”
Astangga
Yoga Ialah
delapan tahapan –tahapan dalam
melaksanakan yoga. Dalam hal menjalankan yoga astangga yoga wajib dilaksanakan.
Melalui tahapan ini yang dibuat oleh rsi Patanjali
Delapan
komponen itu adalah:
1.
Yama
è Pengendalian diri tahap awal
(jasamani)
2.
Niyama è Pengendalian diri tahap kedua (mental/rohani)
3.
Asana
è sikap melakukan yoga
4.
Pranayama
è Pengendalian nafas
5.
Pratyahara
è Penguasaan panca indria
6.
Dharanaè Pemusatan pikiran
7.
Dhyana
è pikiran tertuju tanpa putus-
8.
Samadhi
è Keadaan supra sadar (terhubung)
v
Di
dalam yogasutra adhyaya II sloka 29, menyebutkan:
“Yama
niyamasana asanas pranayama
pratyahara
dharana dhyana samadhys stavanggani”
Terjemahan:
Yang artinya: yama, niyama,
asana, pranayama, pratyahara, dharana, dhyana, dan samadhi, inilah semua
delapan bagian ajaran yoga.
Delapan
tahap ajaran yoga ini, merupakan tangga untuk mengendalikan diri dan sekaligus
merupakan aspek etika dalam ajaran yoga.
“Yogaçcitta vrtti nirodhah”.
(Yoga Sutra I.1)
Terjemahannya:
“Yoga
adalah pengendalian gelombang-gelombang pikiran dalam alam pikiran”.
Berdasarkan
uraian sloka di atas, dengan jelas dinyatakan bahwa gelombanggelombang pikiran
itu harus dikendalikan.Yoga mengajarkan pengendalian diri untuk menjernihkan
pikiran serta membebaskan ikatan/belenggu suka-duka yang bersifat duniawi, yang
ada pada setiap diri manusia. Noda-noda yang mengotori pikiran manusia dapat
dihilangkan secara berangsurangsur melalui pelaksanaan yoga.
4.2
BAGIAN-BAGIAN ASTANGGA YOGA
v
Di
bawah ini diuraikan masing-masing bagian astangga yoga tersebut, yaitu:
1).
Yama
ð Yama adalah pengendalian diri tahap
pertama atau awal dan menampakkan pengendalian diri. Pada tahap ini latihan
diawali dengan tingkah laku yang penuh cinta kasih (ahimsa/ tidak menyakiti).
Tujuan dari tahap ini adalah melatih menumbuhkan dan meningkatkan rasa cinta
kasih seseorang sebelum lanjut pada tahap – tahap berikutnya, sebab dengan
cintakasih maka akan timbul rasa tulus ikhlas dan pikiran yang tenang dan
damai. Dengan keadaan seperti itu, akan sangat membantu seseorang dalam tajap –
tahap berikutnya hingga akhirnya tercipta sebuah kebahagiaan rohani dan
ketenangan pikiran yang mendalam.
Yama
terdiri dari lima aspek yang prinsip, yaitu: ahimsa, satya, asteya,
brahmacarya, dan aparigraha.
a.
Ahimsa è
Ahimsa berarti tidak menyakiti atau melukai perasaan orang lain
b.
Satya è berpikir, berkata, berbuat kebenaran.
c.
Asteyaè
artinya tidak mencuri..
d.
Brahmacarya èberarti
tetap melekat kepada brahma.
e.
Aparigraha è
tidak berlebihan dalam menikmati benda kesenangan
2)
Niyama
ð Niyama merupakan tahapan yang
kedua dari delapan komponen astangga yoga. Niyama ini mengajarkan seseorang
untuk mengikuti aturan – aturan tertentu
sebelum melakukan yoga, seperti misalnya kejujuran, bebas dari rasa iri
hati, pembujangan, kesucian, pemberian sedekah, dan melakukan puasa pada waktu
yang ditentukan. Tahap ini merupakan tahap yang lebih dalam dari tahapan Yama,
karena sudah menggunakan tingkat ketulus ikhlasan hati seseorang. Seperti
diuraikan dalam Patanjali Yoga Sutra II.40-45, Niyama dibagi kedalam lima
bagian yaitu:
a. Sauca è kebersihan lahir batin.
b. Santosa è suatu keadaan yang menyenangkan dan wajar, tanpa
tekanan dan tanpa kepura-puraan.
c. Tapah è
mengekang, pengekangan
d. Svadhyaya è
mempelajari kitab-kitab suci
e. Isvarapranidhana è Penyerahan dan pengabdian kepada
Tuhan
3). Asana
ð Asana merupakan anggota atau
unsur yang ketiga dari astangga yoga. Asana ini adalah sikap pada waktu
melaksanakan yoga. Dalam melaksanakan yoga, sikap duduk yang baik adalah sikap
duduk yang paling disenangi dan rileks, asalkan dapat menguatkan konsentrasi
dan pikiran serta tidak terganggu karena badan terasa sakit akibat sikap duduk
yang dipaksakan. Selain itu sikap duduk yang dipilih agar dapat berlangsung
lama, serta mampu mengendalikan sistem saraf sehingga terhindar dari
goncangan-goncangan pikiran.
4).
Pranayama
ð Pranayama adalah pengaturan
pernapasan atau pengendalian keluar masuknya nafas ke paru-paru melalui lubang
hidung dengan tujuan menyebarkan energi ke seluruh tubuh. Pada saat manusia menarik
nafas mengeluarkan suara So, dan saat mengeluarkan nafas berbunyi Ham. Dalam
bahasa Sansekerta So berarti energi kosmik, dan Ham berarti diri sendiri
(saya). Ini berarti setiap detik manusia mengingat diri dan energi kosmik..
Pranayama dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: adhama, madhyama, dan uttama
(yang rendah, sedang atau yang paling tinggi).
v Pranayama terdiri dari:
a)
Puraka yaitu menarik nafas,
b)
Kumbhaka yaitu menahan nafas, dan
c)
Recaka yaitu menghembuskan nafas.
v Puraka, khumbaka, dan recaka
dilaksankan pelan-pelan, bertahap masing-masing dalan tujuh detik. Hitungan
tujuh detik ini dimaksudkan untuk menguatkan kedudukan ketujuh cakra yang ada
pada tubuh manusia yaitu :
Muladhara yang terletak di
pangkal tulang punggung diantara dubur dan kemaluan, svadishthana yang terletak
diatas kemaluan, manipura yang terletak di pusar, anahata yang terletak di
jantung, vishuddha yang terletak di leher, ajna yang terletak ditengah-tengah
kedua mata, dan sahasrara yang terletak diubun-ubun. Pranayama bermanfaat
memberi pemurnian dan cahaya pengetahuan. Dengan melakukan pranayama maka karma
dari seorang yogi, yang menutupi pengetahuan untuk membedakan yang akan
dihancurkan, oleh panorama keinginan magis. Jika hakekat yang bercahaya itu
tertutupi maka jiwa pribadi akan diarahkan menuju kejahatan. Karma dari sang
yogi yang menutupi cahaya dan membelenggunya untu mengulangi kelahiran, akan
berkurang dengan latihan pranayama stiap saat hingga pada akhirnya dapat
dilenyapkan.
5). Pratyahara
ð Pratyahara adalah penguasaan
panca indria oleh pikiran sehingga apapun yang diterima panca indria melalui
syaraf ke otak tidak mempengaruhi pikiran. Panca indria adalah : pendengaran,
penglihatan, penciuman, rasa lidah dan rasa kulit. Pada umumnya indria
menimbulkan nafsu kenikmatan setelah mempengaruhi pikiran. Yoga bertujuan
memutuskan mata rantai olah pikiran dari rangsangan syaraf ke keinginan
(nafsu), sehingga citta menjadi murni dan bebas dari goncangan-goncangan. Jadi
yoga tidak bertujuan mematikan kemampuan indria. Menurut Maharsi Patanjali: Sva
viyasa asamprayoga, cittayasa svarupa anukara, iva indriyanam pratyaharah,
tatah parana vasyata indriyanam. Artinya : Pratyahara terdiri dari pelepasan
alat-alat indria dan nafsunya masing-masing, serta menyesuaikan alat-alat indria
dengan bentuk citta (budi) yang murni. Makna yang lebih luas sebagai berikut :
Pratyahara hendaknya dimohonkan kepada Hyang Widhi dengan konsentrasi yang
penuh agar mata rantai olah pikiran ke nafsu terputus.
6).
Dharana
ð Dharana (pemusatan) adalah memusatkan
citta/ budi pada suatu obyek. Pemusatan atau dharana berarti membebaskan diri
dari keragu-raguan dan keresahan. Dalam teknik yoga, pemusatan budi pada
berbagai alat indra yang melahirkan cara suatu pengamatan. Konsentrasi mental
(pemusatan pikiran) dan sikap-sikap membantu kita dalam produksi zat-zat kimia
oleh kelenjar-kelenjar dan dengan demikian menghasilkan akibat-akibat
fisiologis yang dapat dilihat dan cara yang sama konsentrasi mental dapat
menghasilkan apa yang dapat disebut perasaan supra berupa rabaan, rasa, warna,
bunyi, bau, dll. Pikiran ini disampaikan dalam bahasa yoga kuna dengan
perkataan “Meditasi pada ujung hidung membangunkan unsur bumi dan menciptakan
bau ajaib, meditasi pada ujung lidah membangunkan unsur air dan menciptakan rasa
luar biasa, meditasi pada matahari atau bulan atau bintang-bintang membangunkan
unsur cahaya dan menciptakan bentuk-bentuk keindahan luar biasa, meditasi pada
OM atau pada perkataan suci lain membangunkan unsur udara dan menciptakan
benuk-bentuk musik batin luar biasa, meditasi pada pikiran bahwa anda berada di
pangkuan Tuhan membangunkan unsur angin dan menciptakan perasaan sentuhan luar
biasa; semua ini membawa keyakinan pada budi yang goncang dan keyakinan itu
membawa kedamaian”. Kemampuan melaksanakan dharana denggan baik, akan
memudahkan mencapai dhyana dan samadhi.
7). Dhyana
ð Dhyana adalah suatu keadaan
dimana arus pikiran tertuju tanpa putus-putus pada obyek yang disebutkan dalam
dharana, tanpa tergoyahkan oleh obyek atau gangguan/ godaan lain, baik yang
nyata maupun yang tidak nyata. Gangguan yang nyata dirasakan oleh panca indria
baik melalui pendengaran, penglihatan, penciuman, rasa lidah, maupun rasa
kulit. Gangguan atau godaan yang tidak nyata adalah dari pikiran sendiri yang
menyimpang dari sasaran obyek dharana. Tujuan dhyana adalah aliran pikiran yang
terus menerus kepada Hyang widhi melalui obyek dharana. Patanajali menguraikan
“tatra pradyaya ekatanata dhyanam” yang artinya arus budi atau pikiran yang
tiada putus-putusnya menuju tujuan (Hyang Widhi). Wujud dhyana adalah sebagai
peleburan segenap usaha diri rendah menuju tercapainya diri agung. Jiwa rendah
sudah tidak memikirkan apalagi melainkan untuk mencapai Tuhan.
8). Samadhi
ð Samadhi adalah tingkatan
tertinggi dari astangga yoga yang dibagi kedalam dua keadaan, yaitu:
Samprajnatta-Samadhi atau Sabija-Samadhi, adalah suatu keadaan dimana yogin
masih mempunyai kesadaran.
v Samadhi dirumuskan dalam
patanjali sebagai “tad eva harta matra nirbhasam savarta sunyiam iva samadhi”
(III. 3) yang artinya sesungguhnya adalah samadhi, didalam yang mana hanya
artha (arti daripada tujuan) bercahaya dan bentuk sendiri (svarupa) hilang.
Dalam keadaan transenden ini, pemikir diresap kedalam pikiran, aktivitas budi
berhenti seperti orang menjadi satu dengan obyek yang dipikirkan atau
direnungkan.


Yoga Asanaa Meditasi
No
|
Astangga Yoga
|
Jenis Tahapan
|
Keterangan
|
|
1
|
Yama
|
1. Ahimsa
|
Hata Yoga
|
|
2. Satya
|
||||
3. Asteya
|
||||
4. Brahmacari
|
||||
5. Aparigraha
|
||||
2
|
Niyama
|
1.
Sauca
|
||
2.
Sentosa
|
||||
3.
Tapa
|
Kriya Yoga
|
|||
4.
Svadyaya
|
||||
5.
Isvara-pranidhana
|
||||
3
|
Asana
|
|||
4
|
Pranayama
|
1.
Prana
|
||
2.
Apana
|
||||
3.
Samana
|
||||
4.
Udana
|
||||
5.
Vyana
|
||||
5
|
Pratyahara
|
|||
6
|
Dharana
|
Samyana
|
||
7
|
Dhyana
|
|||
8
|
Samadhi
|
v
MANFAAT AJARAN
ASTANGGA YOGA UNTUK JASMANI DAN ROHANI
Adapun manfaat ajaran astangga
yoga dapat dilihat dalam uraian berikut ini.
1) Mampu meningkatkan sradha dan
bhakti kepada Tuhan.
2)
Untuk
menjaga kesehatan, kebugaran jasmani dan rohani.
3)
Menjadikan
pikiran lebih tenang, rileks dan jauh dari stres
4)
Membuat
umur panjang, damai dan tentram
5)
Menghilangkan
rasa takut, egois, amarah dan dengki
6) Untuk Meningkatkan Kecerdasan
Spiritual (SQ) Manusia.
v PENERAPAN ASTANGGA YOGA DALAM MENCAPAI MOKSHA
Dalam ajaran Catur Marga, ada empat
jalan yang dapat ditempuh manusia untuk mencapai dan mendekatkan diri dengan Tuhan (Moksa). Salah satu jalan
tersebut adalah Raja marga. Raja mmarga yoga adalah suatu jalan mistik (rohani)
untuk mencapai kelepasan atau moksa, melalui raja marga yoga seseorang akan
lebih cepat mencapai moksa, tetapi tantangan yang dihadapinya pun lebih berat.
Kebebasan/kesejahteraan tidak hanya bermakna dalam
kehidupan sosial dan jasmaniah, dalam kehidupan keagamaan kebebasan/kebahagiaan
secara rohaniah merupakan suatu cita-cita yang terus menerus untuk diupayakan
agar dapat diraih
Dalam agama Hindu, kebebasan disebut dengan Moksa.
Moksa adalah tujuan tertinggi
dalam kehidupan keagamaan yang berarti, bahwa Moksa merupakan arah, cita-cita
yang selalu diusahakan untuk diraih dalam tiap gerak kehidupan. Moksa merupakan
salah satu dari lima prinsip dasar keimanan dalam agama Hindu yang disebut
Panca Sradha
Kata ‘Moksa’ berasal dari
bahasa Sanskerta, dari akar kata mucyang
berarti membebaskan atau melepaskan. Moksa berarti kelepasan, kebebasan.
Istilah moksa dipersamakan dengan Mahardika,
Mukti, Nirwana, Nisreyasa, Kaparamartan. Moksa adalah suatu keadaan
bersatunya Atman dengan sumbernya yaitu Paramatman, suatu keadaan tanpa batas,
diluar pengertian dan pemahaman, suatu keadaan yang tak terpikirkan,
ketenangan, kebahagiaan, kekekalan. Dalam diri manusia ada Atman yang berfungsi
sebagai unsur hidup, Atman terkurung dalam badan (sarira) yang diatur oleh
hukum karma, terpengaruh oleh dampak baik buruk karmanya hingga semua
wasana/kesan-kesan dari tindakan membawanya pada suatu rantai kematian dan
kelahiran yang terus berulang ( Punarbhawa ). Dalam siklus kelahiran dan
kematian itu kebahagiaan dan penderitaan berdampingan bahkan antara kebahagiaan
dan kedukaan tak punya sekat diantara keduanya, kesengsaraan membawa
kenikmatan-kenikamtan membawa kesengsaraan
Orang mencapai
moksa dengan jalan ini diwajibkan mempunyai seorang guru kerohanian yang
sempurna untuk dapat menuntun dirinya kearah tersebut. Adapu tiga jalan
pelaksanaan yang ditempuh oleh para raja yogin, yaitu melakukan tapa brata,
yoga, dan samadhi. Tapa dan brata merupakan suatu latihan untuk mengendalikan
emosi atau nafsu yang ada dalam diri kita kearah yang positif sesuai dengan
petunjuk ajaran kitab suci. Sedangkan, yoga dan Samadhi adalah latihan untuk
dapat menyatukan atman dengan Brahman, dengan melakukan meditasi atau pemusatan
pikiran. seseorang raja yoga akan dapat menghubungkan dirinya dengan rohani
melalui astanga yoga yang terakhir yaiti tahapan Samadhi yaitu penyatuan atman
(sang diri sejati dengan Brahman).
Bilamana seseorang melakukan yoga dengan
teratur dan sungguh-sunguh ia akan dapat menerima getaran-getaran suici dan
wahyu tuhan. Dalam Bhagawadgita dinyatakan sebagai berikut:
Yogiyuhjita satatam atmanam rahasi
sthitah ekaki yata-chittatma nirasir aparigraha.
( Bhagawadgita,
VI. 10)
Terjemahannya:
Seseorang yogi harus tetap memusatkan
pikirannya (kepada atman yang maha besar), tinggal dalam kesunyian dan
tersendiri, menguasai dirinya sendiri, bebas dari angan-angan dan keinginan
untuk memiliki.
v ASTANGGA YOGA SEBAGAI DASAR PEMBENTUK BUDI PEKERTI
LUHUR DALAM ZAMAN GLOBALISASI
śaśiwimba hanêng ghaṭa mesi bañu,
ndan asing śuci nirmala mesi wulan,
iwa mangkana rakwa kitêng kadadin,
ring angambĕki yoga kitêng sakala
katĕmunta marêka si tan katĕmu,
kahiḍĕpta marêka si tan kahiḍĕp,
kawĕnangta marêka si tan kawĕnang,
Paramārthaśiwâstunirāwaraṇa
Terjemahannya:
Wujud bulan ada
di dalam jambangan yang berisi air. Maka setiap yang jernih tak bernoda berisi
bulan. Demikian pula keadannya, Engkau hadir dalam segala yang ada. Bagi dia
yang mengusahakan yoga Engkau berada di alam yang terlihat.
Sesuai dengan
makna kutipan sloka diatas, melalui ajaran astangga yoga mampu menenangkan
pikiran dari kekalutan, menjadi lebih jernih dan tentram. Orang yang sering
marah-marah, egois, darah tinggi adalah mereka yang keadaan pikirannya tidak
stabil dan cendrung berperilaku yang kurang baik.
Dengan rajin dan
taat melaksanakan ajaran astangga yoga tersebut, senantiasa seseoarang akan
mengalami fase perubahan yang signifikan, mulai dari yang sering marah-marah,
bisa menjadi lebih tenang dan damai, mereka yang sering setres memikirkan
kehidupan, menjadi lebih sabar dan ikhlas. Sehingga ajaran astangga yoga sangat
relevan sekali diterapkan di zaman globalisasi ini untuk menjadikan kualitas
manusia yang memiliki karakter dan keluhuran budi.
Ø Sloka tentang Moksa
Yadā sattve pravrddhe tu,
pralayam yāti dehabhrit, tado ’ttamavidām lokan, amalān pratipadyate
(Bhagavadgita XIV.
14)
Artinya ;
Apabila sattva
berkuasa dikala penghuni-badan bertemu dengan kematian maka ia mencapai dunia
suci tempat mereka, para yang mengetahui.
Bhaktyā tv ananyayā sakya, aham evamvidho ‘rjuna, jnātum drashtum cha
tattvena praveshtum cha paramtapa
(Bhagawadgita,
XI.54)
Artinya ;
Tetapi dengan
pengabdian jua yang hanya terpusatkan, oh Arjuna Aku dapat diketahui juga
sesungguhnya dapat dilihat, Parantapa.
Bahunam janmanam ante jhanavan
mam prapadyate, vasudevahsarvam iti sa mahatma su-durlabhah (Bhagawadgita, VII.19)
Artinya :
Pada akhir
dari banyak kelahiran orang yang bijaksana menuju kepada Aku, karena mengetahui
Tuhan adalah semuanya yang ada.
v TINGKATAN MOKSA
Ø Berdasarkan capaianya, keadaan Atman yang telah mencapai
kebebasan (tingkatan moksa) dapat dibedakan
1. Jiwamukti
Adalah
kebebasan/kebahagiaan yang telah dicapai seseorang selagi masih hidup, dimana
seseorang dalam menjalani hidupnya tidak terpengaruh oleh gejolak panca
indriya.
2. Widehamukti
Adalah
kebebasan yang dicapai oleh seseorang, ketika Atman telah meninggalkan badan
dimana Atman setara dengan Paramatman
3. Purnamukti
Adalah
kebebasan yang paling sempurna, Atman dalam keadaanya telah menyatu dengan
Sumbernya yaitu Paramatman
Ø Keberadaan Moksa dalam ajaran Hindu dapat dibedakan
menjadi empat jenis, yaitu
1. Samipya
Suatu kebebasan yang dicapai ketika
seseorang melakukan Samadhi, pada saat seseorang melakukan yoga samadhi seluruh
keterikatanya terlepas dan terfokus hanya pada kemurnian Atman
2. Sarupya
Adalah suatu kebebasan yang didapat oleh
karena kelahiranya, dimana Atman pada diri seseorang merupakan pancaran Brahman
dengan mengambil wujud tertentu, seperti seorang Awatara
3. Salokya
Keadaan Atman yang telah mencapai
kebebasan pada tingkatan sama dengan Brahman ( tingkatan Dewa )
4. Sayujya
Suatu kebebasan
mutlak Atman bersatu dengan Brahman ( Brahman Atman Aikyam)
Brahmabhūtah prasannātmā, na
sochati na kānkshati, samah sarveshu bhūteshu, madbhaktim labhate param
(Bhagawadgita, XVIII.54).
Artinya ;
Setelah menjadi
satu dengan Brahman jiwanya tentram, tiada dhuka tiada nafsu-birahi, memandang
semua mahluk-insani sama, ia mencapai pengabdian kepada-Ku yang tertinggi
v UPAYA MEWUJUDKAN
MOKSA
Catur Marga Yoga
Kebebasan/Moksa dapat dicapai melalui
empat cara yang disebut Catur Marga Yoga yang memiliki pengertian Empat jalan
mencapai penyatuan dengan Brahman/ Ida Sanghyang Widhi.
1. Bhakti Marga Yoga
Bhakti memiliki arti sembah, sujud,
hormat.Bhakti Marga Yoga adalah jalan cinta kasih, seseorang yang mempergunakan
jalan Bhakti Marga disebut seorang Bhakta. Seorang Bhakta mewujudkan cintanya
dengan kepasrahan dan penyerahan secara total pada Ida Sanghyang Widhi Wasa dan
ManifestasiNya ( Ista Dewata ), melakukan pemujaan, smaranam, ( menyebut berulang-ulang dan secara terus menerus nama
Ista Dewata ) persembahan,
Tirta Yatra. Bhakti Marga menuntut cinta kasih keiklasan dan kemurnian
dalam kebaktian, Brahman dipahami dalam suatu wujud yang memiliki sifat-sifat
utama, aspek dari Brahman dalam Ista Dewata sebagai Ibu maupun bapa dipuja dan
dipuji dengan ketaatan disiplin yang ketat, mengembangkan semangat Tat Twam
Asi, dan Catur paramita ( maitri, karuna, mudita dan upeksa ). Penyerahan diri
secara total si pemuja terhadap yang Dipuja itulah hakikat dari Bhakti Marga
2. Karma Marga Yoga
Karma adalah
jalan tindakan sebagai upaya untuk mencapai pembebasan. Seorang yang mempergunakan
Karma Marga sebagai upaya mendapatkan kesempurnaan disebut seorang Karmin.
Jalan ini mengarahkan pada aspek karma/perbuatan tanpa pamrih, seorang karmin
harus mampu untuk tidak mengharapkan hasil dari seluruh perbuatan yang
dilakukanya, hasil bukanlah tujuan untuk berkarma, melihat kerja adalah sebagai
kewajiban yang harus dilakukan.
Tasmad asaktah satatam karyam karma samacara,
asakto by acaran karma param apnoti purusah
Artinya :
Laksanakanlah
kerja sebagai kewajiban tanpa terikat pada hasilnya, sebab dengan melepaskan
ikatan atas hasil kerja akan mencapai keutamaan.
3. Jnana Marga
Jnana
artinya pengetahuan. Hakikat pengetahuan adalah kebenaran, orang yang memiliki
pengetahuan adalah orang yang mampu membedakan baik-buruk, benar-salah.
Pengetahuan mengarahkan manusia untuk mampu meningkatkan kwalitas kehidupan.
Pengetahuan ( Widya ) kebodohan ( Awidya )
4.Raja Marga Yoga
Merupakan jalan yang menekankan pada pelaksanaan Tapa,
Brata, Yoga, Samadhi. Yaitu berupa pengendalian emosi dan nafsu serta latihan
pengendalian fikiran. Terdapat delapan sikap sebagai tuntunan teknis dalam
ajaran Raja Marga yang dikenal sebagai Astangga
Yoga seperti diajarkan Rsi Patanjali.
Ket.
Kriya yoga
adalah yoga pendahuluan
Hata yoga
disebut juga yoga Asanas/ olah fisik
Samyana
adalah upaya untuk menghentikan gerak pikiran
RANGKUMAN
Ajaran
“yoga” dapat menuntun manusia secara bertahap mengendalikan dirinya untuk
dapat menguasai pikirannya dan akhirnya sampai mencapai ketenangan pada Sang
Hyang Widhi. Pelaksanaan yoga terdiri dari delapan tahapan, yang disebut “Astāngga yoga”
Astangga
Yoga Ialah delapan tahapan –tahapan dalam melaksanakan yoga. Dalam hal
menjalankan yoga astangga yoga wajib dilaksanakan. Melalui tahapan ini yang
dibuat oleh rsi Patanjali
Delapan komponen itu adalah:
2. Niyama è
Pengendalian diri tahap kedua (mental/rohani)
3. Asana
è sikap
melakukan yoga
4. Pranayama
è
Pengendalian nafas
5. Pratyahara
è
Penguasaan panca indria
6. Dharanaè Pemusatan
pikiran
7. Dhyana
è pikiran
tertuju tanpa putus-
8. Samadhi
è Keadaan
supra sadar (terhubung)
Kata ‘Moksa’ berasal dari bahasa Sanskerta, dari akar
kata muc yang berarti membebaskan atau melepaskan. Moksa berarti kelepasan,
kebebasan. Istilah moksa dipersamakan dengan Mahardika, Mukti, Nirwana,
Nisreyasa, Kaparamartan. Moksa adalah suatu keadaan bersatunya Atman dengan
sumbernya yaitu Paramatman, suatu keadaan tanpa batas, diluar pengertian dan
pemahaman, suatu keadaan yang tak terpikirkan, ketenangan, kebahagiaan,
kekekalan.
Berdasarkan capaianya, keadaan Atman yang telah
mencapai kebebasan (tingkatan moksa) dapat dibedakan
1. Jiwamukti
2. Widehamukti
3. Purnamukti
Keberadaan Moksa dalam ajaran Hindu dapat dibedakan
menjadi empat jenis, yaitu
1. Samipya
2. Sarupya
3. Salokya
4. Sayujya
Kebebasan/Moksa dapat dicapai melalui empat cara yang
disebut Catur Marga Yoga yang memiliki pengertian Empat jalan mencapai
penyatuan dengan Brahman/ Ida Sanghyang Widhi.
1.
Bakti Marga Yoga
2.
Karma Marga Yoga
3.
Jnana Marga Yoga
4.
Raja Marga Yoga
|
BAB V
DASA YAMA BRATHA DAN DASA NYAMA BRATHA
A.
KOMPETENSI INTI :
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2. Menunjukkan
prilaku jujur, disiplin, bertanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama,
toleransi, damai), santun, responsif, dan proaktif sebagai bagian dari solusi
atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan
dunia
B.
KOMPETENSI DASAR
1)
Menghayati konsep ajaran
yang tertuang dalam Dasa Yama Bratha dan Dasa Nyama Bratha
2)
Berprilaku jujur dan disiplin menjalankan ajaran Dasa
Yama Bratha dan Dasa Nyama Bratha dalam pergaulan hidup
3)
Memahami ajaran Dasa Yama Bratha dan Dasa Nyama Bratha
dalam kehidupan sehari-hari
4)
Menyajikan dan menguraikan contoh-contoh Dasa Yama Bratha
dan Dasa Nyama Bratha dalam kehidupan sehari-hari
C.
INDIKATOR
·
Dapat menjelaskan
pengertian Dasa Yama dan Dasa Nyama Bratha
·
Dapat menyebutkan
bagian-bagian Dasa Yama dan Dasa Nyama Bratha
·
Dapat menerapkan
ajaran masing-masing ajaran Dasa Yama dan Dasa Nyama Bratha
D.
MATERI
Pengertian
Dasa Yama Brata dan Dasa Nyama Brata
Ajaran
Dasa Yama dan Dasa Nyama adalah ajaran susila Hindu yang dapat menuntun umatnya
untuk berbuat susila agar menjadi orang yang memiliki budi pakerti luhur.
Ajaran Susila sangat erat kaitannya dengan ajaran lain dalam agama Hindu yakni;
ajaran Tattwa dan Upakara. Ajaran Tattwa, Susila dan Upakara dalam agam Hindu
disebut Tri Kerangka Agama Hindu. Ketiga ajaran ini tidak dapat dipisahkan
antara satu dengan yang lainnya.Ketiga ajaran ini diibaratkan sebagai sebutir
telur.Kulit telur adalah Upacara Hindu, Putih telur adalah ajaran Susila Hindu,
sedangkan Kuning Telur/sarinya adalah ajaran Tattwa.Demikian juga ketiga ajaran
ini diibaratkan seperti tubuh manusia.Tattwa adalah kepala manusia, Susila
adalah badan manusia dan Upacara adalah kaki manusia.
Menurut kamus kecil Sanskerta-Indonesia (Pemda Tingkat 1
Bali, 1982/1983:187, 126,238) kata Yama diartikan sebagai pengendalian atau
pengendalian diri sendiri , sedangkan kata Ni berarti dalam, dan Brata dengan
asal kata Vrata diberi makna sebagai kehendak, sumpah atau kewajiban.
Sementara itu kamus jawa kuno-Indonesia, memberikan arti
bahwa Yama berarti pengendalian diri atau pengekangan diri, Niyama artinya
kewajiban atau sumpah, dan brata berarti perbuatan suci seperti berpuasa atau
bertapa.
Dengan demikian Yama Brata dapat diartikan sebagai
pengendalian diri atau usaha-usaha untuk mengatur diri sendiri dengan lebih
cermat guna mengendalikan nafsu indria dan berpantang melakukan hal-hal yang
dilarang oleh agama.Sedangkan Niyama Brata berarti sumpah atau janji kepada
diri sendiri agar mampu berbuat, mampu mengatur diri dengan lebih ketat dan
sekaligus berpantang terhadap larangan atau melaksanakan sesuatu yang
diwajibkan oleh ajaran agama.
Dalam hal ini Yama Brata lebih menekankan kepada
pengendalian kedalam diri, mengendalikan semua perbuatan yang diakibatkan oleh
dorongan nafsu, sedangkan Niyama Brata lebih menitik beratkan kepada hal-hal
lahiriah berupa pengendalian terhadap tindakan yang ditunjukan terhadap orang
lain atau mahluk lain.
v PENGERTIAN DASA YAMA BRATA
Kata
Dasa Yama Brata berasal dari Bahasa Sanskerta yang terdiri dari tiga kata
yaitu: Dasa, Yama dan Brata. Dasa berarti sepuluh, Yama berarti Pengendalian,
Brata sama artinya dengan Wrata berarti keinginan atau kemauan.
Jadi
arti dari Dasa Yama Brata adalah sepuluh pengendalian keinginan untuk
mendapatkan kesempurnaan hidup.
Adapun bagian-bagian dari Dasa Yama Brata yaitu :
- Anrsangsya atau harimbawa –
tidak mementingkan diri sendiri
- Ksma artinya suka mengampuni
dan tahan uji dalam kehidupan.
- Satya artinya setia kepada
ucapan sehingga menyenangkan setiap orang.
- Ahimsa artinya tidak membunuh
atau menyakiti makhluk lain.
- Dama artinya dapat menasehati
diri sendiri.
- Arjawa artinya jujur dan
mempertahankan kebenaran.
- Pritti artinya cinta kasih
sayang terhadap sesama makhluk.
- Prasada artinya berpikir dan
berhati suci dan tanpa pamrih.
- Madurya artinya ramah tamah,
lemah lembut dan sopan santun.
- Mardhawa artinya rendah hati,
tidak sombong dan berpikir halus.
Tujuan dan Manfaat Ajaran Dasa Yama
Brata dalam pembentukan kepribadian yang luhur
Tujuannya agar kita dapat mengikutinya
untuk meningkatkan kesempurnaan hidup.
1.
Anresangsya
artinya tidak mementingkan diri sendiri.
Di dalam
kehidupan sehari-hari seseorang hendaknya selalu berusaha lebih mengutamakan
kepentingan orang banyak dari pada kepentingan pribadinya.
Contoh-contoh
pelaksanaan ajaran Anresangsya:
- Membatalkan
janji pribadi untuk melaksanakan kepentingan warga masyarakat.
- Mendahulukan
kepentingan umum di atas kepentingan pribadi.
- Memberi
kesempatan kepada penyebrang jalan dengan memperlambat kecepatan sepeda
motor/mobil.
- Memberikan
tempat duduk kita di dalam bus/angkutan kepada orang tua atau orang hamil.
- Membiasakan
antre atau menunggu giliran di SPBU, Puskesmas, rumah sakit atau kantor.
2. Ksma artinya suka mengampuni dan
tahan uji dalam kehidupan. Contoh-contoh pelaksanaa ajaran Ksama, seperti:
·
Memaafkan
kesalahan teman.
·
Tidak
marah atau tersinggung bila dijelek-jelekkan teman.
·
Tetap
melanjutkan sekolah walaupun tidak naik kelas.
·
Tidak
merasa minder/berkecil hati walaupun merasa diri ada kekurangan,dll.
3. Satya berarti setia dengan
ucapan sehingga menyenangkan hidup. Satya berarti juga kejujuran atau
kebenaran. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Satya, seperti:
·
Mengatakan
dengan sebenarnya apa yang dilihat, di dengar.
·
Bertanggung
jawab terhadap yang telah diperbuat.
·
Menepati
janji.
·
Jujur
terhadap kata hati.
·
Melaksanakan
Panca Satya, yaitu :
a.
Satya
Wacana : setia terhadap ucapan.
b. Satya Laksana : setia terhadap perbuatan.
c. Satya Mitra setia terhadap teman, berteman dalam keadaan senang maupun susah.
d. Satya Semaya : selalu menepati janji yang diucapkan.
e. Satya Hredaya: jujur terhadap kata hati
b. Satya Laksana : setia terhadap perbuatan.
c. Satya Mitra setia terhadap teman, berteman dalam keadaan senang maupun susah.
d. Satya Semaya : selalu menepati janji yang diucapkan.
e. Satya Hredaya: jujur terhadap kata hati
4. Ahimsa artinya tidak membunuh,
tidak menyiksa atau menyakiti makhluk. Contoh pelaksanaan ajaran Ahimsa,
seperti:
· Tidak membunuh
binatang sembarangan.
· Tidak meracuni
hewan.
· Tidak mengganggu
hewan yang sedang tidur.
· Tidak memfitnah.
· Tidak menghina
teman yang memiliki kekurangan.
Agama Hindu juga
membenarkan melakukan pembunuhan/Himsa Karma tetapi hendaknya dilandasi cinta
kasih dan dharma, seperti:
a. Untuk Dewa Puja yaitu untuk
persembahan kepada para Dewa dan manifestasi Ida Sang Hyang Widhi.
b. Pitra Puja yaitu membunuh untuk
persembahan kepada leluhur.
c. Athiti Puja yaitu membunuh untuk
dipersembahkan atau dihaturkan kepada tamu.
d. Dharma Wigata yaitu membunuh di
dalam peperangan/pertempuran.
5. Dama artinya sabar dan dapat
menasehati diri sendiri. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Dama, seperti:
· Menyadari
perbuatan, perkataan dan perbuatan kita yang keliru.
· Memikirkan
terlebih dahulu akan perkataan yang akan diucapkan.
· Sebelum tidur
renungkanlah perbuatan yang telah kita lakukan sebagai evaluasi harian untuk meningkatkan
kwalitas diri.
· Biasakan tidak
terlalu repot membicarakan kelemahan orang, masih lebih baik jika rajin melihat
kelemahan diri sendiri.
· Untuk
menghindari adanya penyesalan yang datangnya selalu di belakang, sebelum
berkata dan berbuat pikirkan secara matang akibatnya.
Orang
yang penyabar tidak mudah tersinggung, orang sabar disayang Tuhan.Orang sabar
dapat menasehati dirinya sendiri.
6. Arjawa artinya jujur
mempertahankan kebenaran bersifat terbuka dan berterus terang. Sifat terbuka
dan berterus terang menghindarkan kita dari kesalahpahaman.Kesalahpahaman dapat
menimbulkan masalah. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Arjawa, seperti:
· Jangan mengaku
dan merasa diri selalu paling benar.
· Katakan yang
benar adalah benar yang salah adalah salah.
· Berpijaklah pada
kebenaran walaupun banyak godaan.
· Orang yang
mempertahankan kebenaran akhirnya akan menang.
· Jadilah ksatria
pembela kebenaran seperti peribahasa Berani karena benar Takut karena Salah.
7. Priti artinya cinta kasih sayang
terhadap sesama Makhluk .Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Priti, seperti:
· Hiduplah rukun
saling mengasihi sesama teman di sekolah, bersama keluarga, begitu juga dengan
tetangga sekitar.
· Memelihara hewan
peliharaan dengan baik.
· Rajin merawat
dan memupuk tanaman, dll
8. Prasada artinya bertpikir dan
berhati suci tanpa pamerih. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Prasada, misalnya:
· Jujur dan tulus
pada setiap tindakan untuk memupuk dan menumbuhkan kesucian hati.
· Berpikir jernih,
cermat dan masuk akal jangan mengembangkan pikiran buruk atau berburuk sangka
(negatif thinking) kepada orang lain.
· Rajin
sembahyang.
· Jujur dan setia
terhadap setiap tindakan.
· Berbuat yang
iklas tanpa pamerih,
Jagalah
pikiran kita agar tetap jernih dan suci. Hindarikan pikiran dari hal-kal kotor
dan bodoh, karena pikiran yang diliputi oleh niat yang kotor dan bodoh
menyebabkan manusia lebih rendah dari binatang, dll
9. Madurya artinya ramah tamah,
lemah lembut dan sopan santun. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Madurya,
seperti:
· Bersikap ramah
tamah terhadap semua orang, menghindari sikap judes dan cuek.
· Bersikap lemah
lembut terhadap semua orang, menghindari sikap kasar, emosional dan mudah
tersinggung.
· Bersikap sopan
santun terhadap siapa saja dan di manapun berada.
· Selalu menjaga
sikap santun ketika berhadapan dengan orang lain baik dengan teman sejawat,
orang yang lebih tua, guru ataupun siapa saja.
· Selalu berbicara
yang sopan kepada lawan bicara.
· Menumbuhkan
sikap saling menghormati dan menghargai terhadap orang lain.
· Tidak
memperlihatkan wajah masam, cemberut dan kusam,
10. Mardawa artinya rendah hati
tidak sombong. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Mardawa, misalnya:
· Selalu ringan
tangan suka membantu orang yang membutuhkan pertolongan.
· Menghargai orang
lain.
· Menghormati
orang lain.
· Tidak
mementingkan diri sendiri.
· Peduli terhadap
orang lain.
· Bersikap empati
terhadap penderitaan orang lain sehingga memiliki keinginan untuk memberi
pertolongan.
· Menyadari diri
memiliki kelebihan dan kekurangan.
· Menghindarkan
diri dari perbuatan merendahkan harga diri orang lain.
· Selalu bersikap
sabar dan tidak membalas dendam.
· Dapat menerima
kelebihan dan kekurangan orang lain.
v PENGERTIAN
DASA NYAMA BRATA
Pengertian
Dasa Nyama Brata
Dasa
Nyama Brata juga berasal dari Bahasa Sanskerta, yang terdiri dari tiga kata,
yaitu: Dasa berarti sepuluh, Nyama berarti pengendalian dalam tahap mental,
Brata/Wrata berarti keinginan atau kemauan.
Jadi Dasa Nyama Brata berarti sepuluh
macam pengendalian keinginan dalam tingkat mental untuk mencapai kesempurnaan
hidup.
Adapun bagian-bagian dari Dasa Nyama Brata yaitu:
- Dhana artinya suka berderm
tanpa pamrih.
- Ijya artinya pemujaan terhadap
Hyang Widhi dan leluhur.
- Tapa artinya melatih diri untuk
daya tahan dari emosi agar dapat mencapai ketenangan bathin.
- Dhyana artinya tekun memusatkan
pikiran kepada HYang Widhi.
- Upasthanigraha artinya
pengendalian hawa nafsu birahi.
- Swadhyaya artinya tekun
mempelajrai ajaran-ajaran suci dan pengetahuan umum.
- Bratha artinya taat akan sumpah
dan janji.
- Upawasa artinya berpuasa atau
pantang terhadap suatu makanan dan minuman yang dilarang dalam ajaran
agama.
- Mona artinya membatasi
perkataan.
- Snana artinya tekun melakukan
penyucian diri tiap hari dengan jalan mandi dan sembahyang.
Contoh-contoh Pelaksanaan Dasa Nyama
Brata
1. Dana artinya berderma dan
beramal tanpa pamerih. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Dana, seperti:
· Membiasakan
berderma kepada orang yang sedang menderita mengalami kesusahan dalam hidupnya.
· Kekayaan berupa
harta benda bersifat tidak kekal dan tidak dibawa mati, maka sisihkanlah sebagian
harta kita untuk berderma/beramal.
· Berikanlah
sedekah kepada orang yang membutuhkan.
· Lakukan sedekah
pada waktu yang tepat, misalnya pada waktu orang kesusahan, pada waktu orang
tertimpa bencana.
· Berikanlah
sedekah kepada orang miskin atau orang sakit.
· Berikanlah
sedekah kepada pengemis dengan ikhlas. Janganlah marah kepada pengemis, jangan
mengusirnya dan janganlah mencela.
Pemberian
sedekah atau dana menurut waktu pemberiannya ada 4 tingkatan menurut Slokantara
17, sebagai berikut:
Dana yang diberikan
di bulan Purnama dan bulan Mati (Tilem) menyebabkan 10 kali kebaikan yang
diterima.
Dana yang
diberikan pada bulan Gerhana membawa phahala (100) seratus kali.
Dana yang
diberikan pada hari suci Sraddha menjadi 1000 kali lipat.
Sedekah/Dana
yang diberikan diakhir Yuga phahala kebaikannya akan tidak terbatas.
Pemberian
sedekah atau dana menurut Tingkatannya ada 4 menurut Slokantara 21, sebagai
berikut:
Pemberian berupa
makanan itu mutunya kecil, disebut Kanista Dana.
Pemebrian berupa
Uang/pakaian mutunya menengah, disebut Madyama Dana.
Pemberian berupa
gadis itulah yang dianggap tinggi, disebut Utama Dana.
Pemberian
sedekah/dana berupa Ilmu Pengetahuan itu mengatasi semuanya dan membawakan
kebajikan besar, disebut Ananta Dana.
2. Ijya artinya pemujaan terhadap
Ida Sang Hyang Widhi. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Ijya, seperti:
· Rajin melakukan
Tri Sandya setiap hari ( pagi, siang, sore ).
· Rajin berdoa
setiap saat.
· Rajin melakukan
persembahyangan pada hari raya.
· Rajin melakukan
meditasi dan berjapa, dll
3. Tapa artinya menggembleng diri
untuk menimbulkan daya tahan. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Tapa, seperti:
· Berlatih diri
mengendalikan pikiran seperti berusaha untuk berpikir jernih, berpikir yang
baik agar tahan uji terhadap masalah yang mengganggu pikiran.
· Berlatih
mengendalikan keinginan, misalnya memenuhi keinginan sesuai kebutuhan, memenuhi
keinginan sesuai kemampuan, menghindari keinginan yang menimbulkan kerugian
baik bagi diri sendiri maupun orang lain agar tahan uji terhadap pengaruh buruk
keinginan itu.
· Berlatih hidup
sederhana agar tahan uji terhadap penderitaan.
· Berlatih
mengendalikan perkataan agar tahan uji untuk tidak berkata yang menyakitkan
misalnya berkata kasar, mengancam, menghardik, dan mengeluarkan kata-kata
ejekan dan hinaan.
· Berlatih
mengendalikan perbuatan, misalnya tidak melakukan perbuatan curang, mencuri,
suka berkelahi, suka memancing keributan, suka berbuat onar, dll.
4.Dhyana artinya tekun memusatkan
pikiran terhadap Ida Sang Hyang Widhi. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Dhyana,
seperti:
· Saat belajar di
kelas perlu memusatkan pikiran tentang pelajaran yang sedang diajarkan.
· Memusatkan
pikiran pada saat mengendarai sepeda motor/mobil.
· Berlatih
melakukan pemusatan pikiran dengan melakukan Pranayama.
· Berlatih
melakukan pemusatan pikiran dengan sembahyang.
· Berlatih
melakukan pemusatan pikiran kepada Ida Sang Hyang Widhi dengan meakukan yoga,
tapa dan semadi, dll
5. Swadhyaya artinya tekun mempelajari
dan memahami ajaran suci. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Swadhyaya, seperti:
· Tekun belajar
jangan cepat putus asa.
· Berusaha belajar
secara mandiri artinya belajar tanpa diperintah dan belajar menemukan jawaban
sendiri.
· Jangan malu
bertanya kepada orang lain tentang suatu masalah yang tidak dimengerti atau
tidak diketahui
· Rajin membaca
buku kerohanian dan buku-buku lain yang berguna dalam kehidupan.
· Mengamalkan ilmu
pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari, dll
6. Upasthanigraha artinya
mengendalikan hawa nafsu kelamin. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran
Upasthanigraha, misalnya:
· Menghindari
berduaan dengan lawan jenis di tempat yang sepi.
· Menghindari
berpakaian yang ketat atau seksi bahkan berpakaian yang merangsang.
· Mengindarkan
diri dari pikiran kosong agar tidak berpeluang menghayal terhadap hal-hal yang
porno.
· Tidak menonton
tayangan televisi yang menyiarkan film-film Dewasa.
· Tidak membuka HP
yang berisi film-film porno.
· Hindari membaca
komik atau menonton VCD Porno.
· Sibukkanlah diri
dengan kegiatan-kegiatan positif, seperti olahraga, kursus, ekstra kulikuler,
belajar menari, Pramuka, megambel.
· Menghindari
berprilaku genit terhadap lawan jenis, dll
7. Brata artinya taat akan sumpah.
Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Brata, seperti:
· Berjanjilah dari
lubuk hati yang paling dalam.
· Taatilah apa
yang menjadi janjimu, seperti; saya ingin menjadi orang yang berguna, saya
ingin menjadi orang yang berbakti kepada orang tua, saya ingin menjadi orang
yang berguna dalam keluarga.
· Janji dalam hati
bukan untuk diingkari tetapi untuk ditaati, dll
8. Upawasa artinya berpuasa
mengekang nafsu terhadap makanan dan minuman. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran
Upawasa, misalnya:
· Hindari memakan
makanan yang berlebihan karena nafsu belaka.
· Hindarkan diri
untuk memakan makanan yang sudah basi atau kedaluwasa.
· Hindari makan
makanan yang kotor.
· Hindari memakan
makanan yang tidak jelas asal usulnya.
· Aturlah jadwal
makan, misalnya makan teratur yaitu sarapan pagi, makan siang dan makan sore
secara teratur.
· Mengendalikan
nafsu makan, misalnya makanlah secukupnya sesuai kebutuhan tubuh, jangan makan
yang berlebihan.
· Menghindari
sikap rakus.
· Mencoba untuk
berpuasa pada hari Raya Nyepi, Siwaratri atau pada hari Raya Hindu sesuai
kemampuan, dll
9. Mona artinya membatasi
perkataan. Mona juga berarti pantang atau tidak berkata-kata dalam kurun waktu
tertentu atau membatasi perkataan. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Mona,
seperti:
· Hindari berkata
kasar.
· Hindari
perkataan mencaci maki.
· Hindari
perkataan bohong.
· Hindari
mengeluarkan tata-kata hinaan maupun ejekan.
· Jangan
mengeluarkan perkataan mengancam.
· Hindarkan diri
untuk tidak berkata yang kotor dan jorok.
· Belajar
melakukan mona brata pada hari Raya Nyepi sesuai kemampuan, dll
10. Snana artinya tekun melakukan
penyucian diri dengan jalan mandi atau sembahyang. Contoh-contoh pelaksanaan
ajaran Snana, misalnya:
· Rajin mandi 2
kali sehari yaitu pagi hari sebelum sekolah dan sore hari.
· Rajin merawat
badan, misalnya: memotong rambut yang panjang, memotong kuku, menyikat gigi,
mencuci pakaian sendiri, mandi dengan menggunakan air bersih dan memakai sabun.
· Rajin sembahyang
baik di sekolah dengan Tri Sandya dan di rumah di sore hari melaksanakan Tri
Sandya dan Kramaning Sembah.
· Rajin melakukan
Pranayama untuk menyucikan pikiran.
· Jujur dalam
hidup, dll.
|
DAFTAR PUSTAKA
Agus S. Mantik. 2007. Bhagavad Gita Surabaya : Paramita
Agung Oka.I Gusti. 1978. Sad Darsana.PGHAN Denpasar
Kadjeng, Dkk. I Nyoman. 2001. Sarasamuccaya Jakarta : ( terjemahan dalam
bahasa Indonesia) : Dharma Nusantara
Punyatmaja, Drs.IB.Oka.1984.Panca Sradha.Denpasar : Parisadha Hindu Dharma
Indonesia Pusat
Pudja,MA.Gde Sudharta. MA. Tjok Rai.2004. Manawadharmasastra.Surabaya:
Paramita
Pudja,MA.,SH.Gde.1971.Weda Parikrama.Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab suci
Agama Hindu Departemen Agama RI
Pudja,MA.,SH.Gde.1977. Hukum Waris Hindu. Jakarta: CV Junasco
Surpha,SH. Iwayan.1986. Pengantar Hukum Hindu. Tanpa penerbit
Wiratmaja, Drs. I Gst. Agama Hindu Sejarah dan Seradha. Tanpa tahun dan
tidak diterbitkan
EmoticonEmoticon